Part 39. Persiapan

252 153 1K
                                    

Sore ini Ervan sedang bersiap-siap untuk pergi ke rumah Dinda untuk membantu persiapan ulang tahunnya besok. Ervan meraih ponselnya dan melihat notifikasinya, tak ada notifikasi satu pun dari Dinda. Ervan kemudian mengalihkan tatapannya ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Ervan pun meraih jaket dan kunci mobilnya.

Ervan berjalan keluar dari kamarnya menuju ke garasi mobilnya. Ervan kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Di tengah perjalanan, Ervan berhenti di depan Indomaret kota. Ervan berniat membeli cokelat untuk gadisnya. Ervan berharap, dengan memberikan Dinda cokelat, rasa kesal Dinda kepadanya bisa sedikit berkurang.

Ervan kemudian turun dari mobilnya dan masuk ke dalam Indomaret tersebut. Ervan langsung mengambil dua bungkus cokelat Silverqueen berukuran besar.

Setelah melakukan pembayaran, Ervan langsung keluar dari toko tersebut dan kembali masuk ke dalam mobilnya. Ervan kembali melajukan mobilnya menuju ke rumah Dinda.

Sesampainya Ervan di depan rumah Dinda, Ervan langsung turun dari mobilnya dan berjalan menuju pintu depan rumah Dinda. Ervan pun memencet bel pintu rumah Dinda.

Tak lama kemudian, pintu rumah Dinda mulai terbuka. Ervan menatap seorang gadis cantik yang keluar dengan pakaian serba berwarna biru. Hanya jepit rambutnya saja yang berbeda. Seperti biasanya, Dinda menggunakan satu jepit rambut bunga matahari kesukaannya.

"Hai, Din?" sapa Ervan seraya menyodorkan cokelatnya dan memberikannya kepada Dinda.

"Hai," jawabnya sembari tersenyum manis.

"Eh, Ervan ngasih Dinda cokelat dalam rangka apaan nih?" tanya Dinda seraya menerima cokelat tersebut.

"Dalam rangka sudah senyum manis hari ini,"

"Ervan nggak usah repot-repot, Dinda tau kok Ervan ngasih coklat ini supaya Dinda nggak marah lagi sama Ervan 'kan? Dinda udah maafin Ervan kok,"

Pacar gue kok udah kayak peramal sih? batin Ervan.

"Ayo masuk, Ervan, nggak enak nanti di lihat sama tetangga."

Ervan mengangguk kecil, mengiyakan ajakan sang pacar. Ervan melangkahkan kakinya menuju ke dalam ruang tengah Dinda. Sesampainya di dalam, Ervan sudah mendapati ada beberapa anggota keluarga Dinda yang sedang sibuk merias seisi ruangan.

"Duduk dulu, Ervan," suruh Dinda.

Ervan masih tetap berdiri seraya menatap pojok ruang tengah, menatap Kenan dan Divya yang sedang sibuk dengan pot-pot bunga mawar merah kesukaan Dinda.

Tak lama kemudian, Kenan membalikkan badannya dan menatap ke arah Ervan. Kenan langsung berjalan mendekati Ervan.

"Duduk dulu, Van," suruh Kenan.

"Iya Tante,"

"Ervan di sini dulu, ya, Dinda ambilkan minum dulu,"

Ervan mengangguk kecil seraya duduk di sofa ruang tengah Dinda. Kenan mengajak Ervan mengobrol santai sebentar seraya menunggu Dinda yang sedang mengambilkannya minum dan snack di dapurnya.

Divya yang sedari tadi sibuk dengan bunga-bunganya, sampai-sampai ia tidak sadar bahwa saat ini ada Ervan di rumah Dinda.

"Tante, ini bunganya di taruh di mana lagi?" tanya Divya seraya membalikkan badannya dan menatap ke arah Kenan.

"Taruh di sana aja Div," seraya menunjuk sudut ruangan.

Divya mengangguk kecil seraya meletakkan satu pot bunga di sudut ruangan. Divya kemudian berjalan mendekat ke arah Kenan dan Ervan berada.

My Cold Man [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang