"Manis," ucap Ervan.
"Hah?"
"Ini permennya manis, lo mau cobain?" sambil memberikan permen karet yang kebetulan ada di samping stang mobilnya.
"Kirain," lirih Dinda seraya mengambil permen karet yang diberikan oleh Ervan kepadanya.
"Kirain apaan?"
"Kirain yang manis itu senyuman Dinda," sambil membuka pembungkus permen karet tersebut dan mengunyahnya.
"Lah, emang iya."
Dinda tertegun, berhenti mengunyah permennya seraya menggelengkan kepalanya menatap tingkah aneh Ervan yang tak seperti biasanya.
Setelah mereka berdua melakukan perjalanan lumayan jauh, akhirnya mereka sampai di depan rumahnya Dinda.
Dinda tak langsung turun dari mobilnya Ervan. Ia tetap duduk manis sebelum disuruh turun oleh Ervan Gunawan.
"Lo kenapa nggak turun?"
"Kalau Dinda nggak mau turun, Ervan mau apain Dinda?"
"Mau gue culik!" jawabnya seraya menoyor jidat Dinda.
"Aduh, sakit, Ervan!"
"Makanya turun sana, lihat di depan pintu lo sudah ada Mama lo nungguin," sambil menunjuk ke arah pintu masuk rumah Dinda.
"Ervan," lirih Dinda.
"Kenapa lagi?"
"Mampir dulu yuk, pasti Mama senang kalau Ervan sekali-sekali mau mampir ke rumah,"
Ervan menghela napas berat. "Kalau gue turun, lo mau turun juga atau masih mau di dalam mobil?"
"Ikut turun dong," jawab Dinda secepatnya.
"Ya udah." sambil membuka pintu mobilnya dan turun dari mobilnya.
Dinda dan Ervan berjalan menuju teras rumahnya Dinda. Di sana sudah ada Mamanya yang sedang menunggunya.
"Hai, Tante?" sapa Ervan.
"Hai, kamu Ervan, ya?"
"Iya Tante."
Dinda sangat suka dengan sikap hangatnya Ervan. Ternyata Ervan tidak sedingin yang ia kira.
"Kenalin, ini Mama Dinda, panggil aja Tante Kenan," ucap Dinda memberitahu.
Ervan mengangguk kecil, mengerti. "Oke."
"Ervan nggak mau masuk dulu?" tanya Kenan.
"Nggak usah Tan, lain kali aja," tolak Ervan cepat.
Dinda mengerutkan keningnya. "Kok lain kali sih?"
"Gue mau pulang, mau bikin tugas,"
Kenan terkekeh menatap tingkah putrinya yang menggemaskan seraya mengelus pundaknya.
"Nggak apa-apa kok, Din, Ervannya capek tuh. Biarin dia pulang, dia butuh istirahat," Kenan mencoba membuat putrinya mengerti. Padahal, Kenan sudah tau kenapa Ervan menolak untuk masuk.
"Ya udah, hati-hati di jalan, ya, Ervan, makasih udah anterin Dinda,"
"Iya."
"Permisi ya Tan, Din, Ervan pulang dulu,"
Saat itu juga, Ervan membalikkan badannya dan berjalan menuju mobilnya. Ervan kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Sesampainya Ervan di rumahnya, ia langsung saja berjalan menuju kamarnya dan mengganti pakaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Man [END]
Teen Fiction"Kulkas 5 pintu? Emangnya ada? Tentu saja ada! Dia hampir membuatku gila akan ketampanannya yang paripurna. Namanya Ervan, Ya! Ervan Gunawan! Aku harap, aku bisa kenal dekat dengannya, tidak hanya dekat, aku lebih ingin... hmm, sepertinya tidak perl...