"Dinda mau maafin Ervan tapi ada syaratnya," Dinda langsung berdiri dan meninggalkan Ervan keluar dari kelasnya.
"Syaratnya apa woi?!"
Ervan berpikir keras saat itu juga, kira-kira apa syarat yang akan diberikan Dinda kepadanya supaya ia di maafkan oleh gadis itu.
Ervan langsung saja keluar dari kelas 10 IPA 1 dan masuk ke dalam kelasnya dengan raut wajah kebingungan.
"Lo dari mana, bro?" tanya Artha sambil menepuk pundak Ervan.
"Gue barusan ke kelas Dinda,"
"Lo ngapain ke sana? Eh apa jangan-jangan lo nyatain perasaan lo ke dia, ya?" tiba-tiba tanya Budi nyerocos.
"Gimana Van, diterima?" sambung Artha.
"Diterima apaan monyet?! Gue ke sana minta maaf sama dia," tak segan Ervan langsung menoyor jidat Artha.
"Terus, lo di maafin? Atau jangan-jangan lo nggak di maafin dan lo di sana di hina balik sama si Dinda?" tanya Budi nyerocos.
"Gue nggak ngerti sama permainan licik gadis gila itu. Gue bakalan di maafin sama dia kalau gue mau penuhi syarat dari dia," Ervan berusaha menjelaskan kepada kedua sahabatnya yang paling bodoh sejagat raya.
"Mampus lo! Awas aja syaratnya aneh-aneh, Van," Budi mencoba menakut-nakuti Ervan.
"Mungkin saja nanti lo disuruh nyariin bunga mawar merah yang tumbuh di dalam hutan di puncak Gunung Agung yang banyak ada harimaunya dan lo tiba-tiba mati di terkam sama sekelompok pasukan harimau yang ganas!" ucap Artha yang juga ikut-ikutan menakut-nakuti Ervan dan menertawakan nasib buruk sahabatnya itu.
Emangnya di puncak gunung ada tumbuhan? batin Budi.
"Entahlah, gue nggak ngerti lagi sama wanita gila itu." ucap Ervan pasrah.
*****
Siang ini cuaca di sekolah Dinda sangat panas hingga membuat wajah gadis itu keluar keringat bercucuran.
"Div, ke kantin sebentar yuk, gue haus," ajak Dinda.
"Ayo, gue juga haus nih, panas banget cuaca hari ini."
Dinda dan Divya langsung bergegas ke kantin untuk membeli minum.
Sepanjang perjalanannya di koridor, mereka berdua diam saja dan tak satu pun dari mereka mengeluarkan suaranya karena cuaca hari ini sangat panas sampai-sampai membuat mereka malas untuk berbicara.
Sesampai mereka berdua di kantin, mereka melihat 3 pria yang sedang duduk santai menikmati minuman yang ada di atas meja kantin sekolah. Mereka menatap ketiga pria itu dari belakang.
Dinda tak memperdulikan siapa mereka, ia melanjutkan perjalannya dan mulai memesan minumannya.
"Bu, pesan pop ice dua ya, rasa strawberry," ucap Dinda.
Setelah melakukan pemesanan, Dinda langsung membalikkan badannya untuk mencari tempat duduk yang kosong. Tiba-tiba saja ia tidak sengaja melihat wajah-wajah tiga pria berparas tampan itu yang di lihatnya tadi dari belakang.
Tiga pria itu di antaranya adalah Artha, Budi dan Ervan. Tak lama kemudian, Ervan tiba-tiba menoleh ke arah Dinda dan kemudian berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati Dinda.
"Apa syarat yang lo bilang tadi di kelas?" tanya Ervan dengan tatapan dingin.
"Ervan yakin mau penuhi syarat dari Dinda?" tanya Dinda bertele-tele.
"Hm,"
"Ada dua syarat,"
"Iya, apa?"
"Yang pertama, Ervan nggak boleh ulangin kesalahan Ervan kayak kemarin berkata kasar sama Dinda," ucap Dinda yang menyebutkan syarat pertamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Man [END]
Teen Fiction"Kulkas 5 pintu? Emangnya ada? Tentu saja ada! Dia hampir membuatku gila akan ketampanannya yang paripurna. Namanya Ervan, Ya! Ervan Gunawan! Aku harap, aku bisa kenal dekat dengannya, tidak hanya dekat, aku lebih ingin... hmm, sepertinya tidak perl...