Pagi hari yang begitu dingin dengan rintikan hujan yang mengguyur wilayah yang ditinggali oleh Dinda Maharani. Gadis itu masih terbaring di atas kasurnya dengan mata yang terpejam. Tak lama kemudian, ia mengedipkan matanya beberapa kali seraya menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6 pagi.
Dinda akhirnya bisa bernapas lega, untung saja waktu belum menunjukkan pukul 7 pagi. Dinda khawatir jika ia bangun kesiangan lagi seperti kemarin. Dinda pun kembali menarik selimutnya dan memeluk bantal gulingnya.
"Dingin banget." ucapnya seraya memeluk erat bantal gulingnya.
Setelah 10 menit Dinda menggulung badannya dengan selimut tebalnya, ia kemudian bangun dari tidurnya dan meraih ponselnya. Ia menatap layar ponselnya, sudah ada 2 notifikasi yang dikirimkan kepadanya kemarin malam. Dinda kemudian membuka WhatsApp-nya.
From : Ervan Gunawan
"Good night, Bidadari."
Yang mengiriminya pesan adalah Ervan. Setelah Dinda membaca pesannya, ia kemudian membuka foto yang dikirimkan oleh Ervan semalam.
"Wah, indah banget." Dinda menatap foto langit semalam yang indah. Sepertinya terlihat indah sekali, seperti menatap matamu.
Setelah beberapa menit sebelum Dinda membalas pesan dari Ervan kemarin, ia sudah dikirimkan pesan lagi oleh sang pacar. Dinda segera membaca pesan tersebut.
"Hari ini ke sekolahnya berangkat bareng gue, gue jemput lo ke sana."
Saat itu juga, pipi Dinda yang chubby memerah, senyumnya pun mulai mengembang. Dinda kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandinya.
"Mimpi apa gue semalam? Bisa-bisanya Ervan Gunawan mau jemput gue sekarang." seraya menghidupkan shower-nya.
Setelah Dinda selesai mandi, ia langsung bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dinda mengenakan seragam sekolah yang sudah di setrika rapi yang ia letakkan di dalam lemarinya. Dinda mengikat rambutnya dan mengenakan satu jepit rambut bunga matahari di rambutnya agar terlihat lebih menarik.
Setelah Dinda selesai bersiap-siap, ia langsung mengambil tasnya. Ia pun berjalan turun menuju meja makannya. Dinda menuruni tangga dengan raut wajah yang berseri-seri.
Dinda langsung duduk di meja makannya dan memakan roti yang sudah disiapkan oleh Kenan untuknya.
"Pelan-pelan makannya," ucap Kenan yang tiba-tiba muncul dengan membawa segelas susu hangat di tangannya.
"Nih, minum susunya," Kenan menyodorkan segelas susu.
"Makasih, Ma," Dinda langsung meminum susunya.
"Cantik banget kamu hari ini," puji Kenan.
"Ah, Mama bisa aja," jawab Dinda malu-malu.
"Oh iya, Pak Bambang tadi ijin ke kampungnya. Jadi, hari ini Mama yang anterin kamu ke sekolah,"
"Nggak perlu Ma, Dinda hari ini dijemput sama Ervan,"
"Hah? Ervan?"
"Iya, Ma,"
"Hm, sepertinya ada udang di balik batu nih,"
"Maksud Mama?"
"Kamu sama dia ada hubungan apa?"
Deg!
Dinda tertegun, jantungnya berdetak tak karuan. Dinda menghela napas pelan, kenapa Mamanya bertanya tentang hal itu? Kemarin sang Papa juga menanyakan hal yang sama. Ada apa dengan mereka? Apakah raut wajah Dinda terlihat berbeda daripada hari-hari sebelumnya? Hm.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Man [END]
Teen Fiction"Kulkas 5 pintu? Emangnya ada? Tentu saja ada! Dia hampir membuatku gila akan ketampanannya yang paripurna. Namanya Ervan, Ya! Ervan Gunawan! Aku harap, aku bisa kenal dekat dengannya, tidak hanya dekat, aku lebih ingin... hmm, sepertinya tidak perl...