Dinda membaca pesan yang dikirimkan oleh Ervan tadi dengan raut wajah yang berseri-seri. Pipinya yang chubby pun mulai memerah. Dinda saat ini merasa sangat bahagia dengan pesan sederhana yang dikirimkan oleh Ervan Gunawan kepadanya.
Sebelum Dinda membalas pesan dari Ervan, ia berteriak-teriak kencang sambil melompat-lompat di atas kasurnya seperti anak kecil. Setelah merasa kelelahan dan ngos-ngosan, Dinda duduk kembali di atas kasurnya dan mulai menuliskan pesan untuk Ervan.
Dinda menuliskan pesan sambil senyum-senyum sendirian bagaikan gadis gila, ya! Gila karena Ervan. Setelah Dinda merasa puas dengan isi pesan yang ia kirimkan kepada Ervan, ia memilih untuk langsung tidur.
"Good night calon pacar." ucapnya sambil menarik selimutnya dan menutup matanya.
*****
Hari Senin telah tiba, lapangan SMA Global sudah ramai dipenuhi oleh siswa-siswinya karena sebentar lagi upacara bendera akan segera dimulai.
Dinda berjalan dengan tergesa-gesa menuju lapangan sambil membenahi dasinya yang miring.
"Pelan-pelan jalannya, masih ada waktu lima menit," ucap Divya dengan raut wajah sedikit heran, tak seperti biasanya sahabatnya tergesa-gesa seperti itu.
"Lima menit?" tanya Dinda sambil menoleh ke arah Divya.
"Iya, masih ada waktu lima menit lagi."
"Gue pengen ketemu sama Ervan dulu," ucap Dinda sembari tersenyum ke arah pojok lapangan yang sudah dipenuhi oleh siswa-siswi kelas 10 IPA 3.
"Eh, lo mau ke mana?" tanya Divya sambil menarik lengan Dinda dengan cepat.
"Nyamperin Ervan. Emangnya kenapa?"
"Nanti aja nyamperinnya, kita upacara dulu. Tuh lihat, Pak Harto, kepala sekolah kita sudah di lapangan."
Pagi ini terik matahari lumayan panas hingga membuat Dinda yang tidak kuat akan cuaca yang cukup panas saat ini segera menutupi pipi sebelah kanannya yang mulai memerah.
Upaca telah berlangsung sekitar sepuluh menit. Sedangkan Dinda sudah terlihat sangat gelisah seraya memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.
"Lo kenapa Din?" tanya Divya seraya menatap gadis di depannya yang terlihat sangat gelisah.
"Nggak kenapa-napa," jawab Dinda sambil menurunkan kedua tangannya yang sempat memegangi kepalanya.
"Lo masih kuat ikut upacaranya? Kalau nggak kuat ayo gue anterin lo ke UKS,"
"Masih kuat kok, Div."
"Jangan dipaksain!"
Tak lama percakapan mereka berlangsung, tiba-tiba percakapannya terhenti. Saat itu juga Dinda langsung pingsan hingga membuat semua pasang mata mengarah ke Dinda yang sudah tergeletak di bawah.
Salah satu siswa kelas 10 IPA 3 yang sudah was-was mengawasi Dinda tiba-tiba bergerak cepat ke arah Dinda dan segera membawanya ke UKS.
Divya juga ikut ke UKS untuk melihat kondisi Dinda saat ini sambil membawa topi Dinda yang terjatuh.
Mereka segera masuk ke dalam ruangan UKS dan membaringkan Dinda. Raut wajah Dinda terlihat sangat pucat dengan rambut yang menutupi sebelah matanya.
"Tumben lo perhatian sama Dinda, kayaknya ada udang dibalik batu nih," ucap Divya sambil tersenyum sinis ke arah Ervan.
"Diam lo! Tuh lihat keadaan sahabat lo, kenapa tadi lo kasih dia tetap ikut upacara?"
"Gue nggak tau kalau kondisi dia kurang sehat. Gue juga sudah ajakin dia tadi ke UKS kalau nggak kuat ikut upacaranya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Man [END]
Dla nastolatków"Kulkas 5 pintu? Emangnya ada? Tentu saja ada! Dia hampir membuatku gila akan ketampanannya yang paripurna. Namanya Ervan, Ya! Ervan Gunawan! Aku harap, aku bisa kenal dekat dengannya, tidak hanya dekat, aku lebih ingin... hmm, sepertinya tidak perl...