Part 33. Akhirnya

364 235 1.2K
                                        

"Lo mau, nggak, jadi pacar gue?"

Dinda tertegun, sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Ervan barusan. Dinda sangat tidak menyangka, selama lebih dari satu tahun ia memperjuangkan cintanya, bagaikan angin yang berhembus dalam diam yang mencoba menumbangkan satu pohon yang berdiri sangat kokoh, hingga akhirnya pohon tersebut berhasil ditumbangkan. Lebih tepatnya lagi, akhirnya es yang ia beri kehangatan secara terus-menerus sudah benar-benar mencair.

"Mau?" ulang Ervan.

"Nggak."

"Maksud lo? Lo–"

"Maksud Dinda itu, Dinda nggak nolak, Dinda mau jadi pacar Ervan, mau banget malah."

Saat itu juga, setelah Ervan mendengar jawaban yang keluar dari mulut Dinda, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Ervan kemudian menatap gadis di hadapannya saat ini.

Dinda langsung mengalihkan tatapannya ke depan. Mata Dinda mulai berkaca-kaca, terharu dengan apa yang dialaminya sekarang. Dinda sudah tidak bisa menahan agar air matanya tidak keluar, hingga akhirnya air matanya pun menetes membasahi pipinya yang chubby.

"Din?" lirih Ervan.

"K-kenapa, Ervan?"

"Jangan nangis,"

Dinda hanya mengangguk. Ervan pun mendekatkan duduknya seraya mengusap air mata Dinda.

"Lo sedih, Din?" tanya Ervan.

"Nggak kok, justru Dinda sangat bahagia hari ini,"

"Kalau bahagia, ngapain nangis?"

Dinda tertegun, tak bisa menjawab pertanyaan dari Ervan.

"Jangan nangis, ayo pulang, gue anterin," lanjut Ervan.

"Sebentar, Ervan,"

"Kenapa lagi?"

"Mulai sekarang, ngomongnya aku kamu, ya?"

Ervan tersenyum geli. "Iya, kalau gue ingat,"

"Ervan!"

"Iya, kalau aku ingat,"

Saat itu juga senyuman Dinda langsung merekah, sangat puas dengan ucapan Ervan barusan.

"Ayo pulang." Ervan langsung berdiri dan berjalan mendahului Dinda.

Dinda pun segera menyusul sang pacar, mereka berdua berjalan beriringan menuju parkiran sekolah.

*****

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah Dinda, perasaan Dinda sangat bahagia, bahagianya tidak bisa di ukur, lebih tepatnya lagi tak terhingga. Sampai-sampai membuat Dinda habis topik pembicaraan, ia hanya diam saja sembari mendengarkan musik yang di putar oleh Ervan di dalam mobilnya saat ini.

Sesampainya mereka di depan gerbang rumah Dinda, Dinda tak langsung turun dari mobil Ervan, ia menatap Ervan sekejap.

"Kenapa?" tanya Ervan seraya mengerutkan keningnya, kebingungan dengan tatapan aneh sang pacar.

"Ervan nggak mau mampir dulu ke dalam?"

"Nggak, gue langsung pulang, mau bikin tugas,"

"Oke, nggak apa-apa. Mampirnya lain kali mau 'kan?" tanya Dinda bertele-tele.

"Iya, bawel."

Dinda tidak bisa menahan senyumnya setelah disebut 'bawel' oleh sang pacar. Rasa bahagianya di Valentine Day tahun ini melebihi rasa bahagianya saat Valentine Day di tahun-tahun sebelumnya.

My Cold Man [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang