Malam hari yang begitu dingin dengan angin yang berhembus dalam diam membuat gadis yang sedang sibuk membaca novelnya tiba-tiba teringat akan kejadian tadi sore di Virgin Beach.
Dinda masih ingat betul dengan ucapan yang keluar dari mulut Ervan yang plin-plan itu. Bagi Ervan, mungkin hal itu hanyalah hal yang biasa. Namun, bagi Dinda Maharani kata 'putus' sangatlah menyakitkan. Apalagi ini adalah kisah cinta pertamanya.
Dinda kemudian berdiri dan berjalan menuju jendela kamarnya menatap langit malam yang indah. Malam ini Dinda hanya ingin menenangkan pikirannya, Dinda pun beranjak dari kamarnya dan pergi ke rooftop.
Karena malam ini terasa begitu dingin, Dinda meraih jaket tebal berwarna pink yang digantung di dinding kamarnya.Tak lupa ia juga membawa ponselnya.
Sesampai Dinda di atas, ia langsung duduk sambil menikmati keindahan langit malam yang dingin. Dinda meletakkan ponsel di atas mejanya dan merangkul tubuhnya.
Malam yang sepi membuat pikiran Dinda Maharani lebih fresh, apalagi malam ini sangat dingin. Untung saja hari ini hujan tidak turun, kalau saja hujan turun, pasti Dinda Maharani akan menenangkan pikirannya dengan bermain hujan di taman belakang rumahnya.
Dinda meraih ponselnya dan membuka WhatsApp-nya. Dinda melihat sudah ada 4 spam chat dari Ervan Gunawan yang belum ia buka.
Dinda kemudian meletakkan kembali ponselnya di atas meja.
"Ervan tega banget, dengan gampangnya dia bilang putus, gue nggak nyangka banget." ucapnya seraya menatap langit malam.
Tak lama kemudian, ponsel Dinda bergetar. Ia pun kembali meraih ponselnya. Dinda menatap layar ponselnya. Ternyata Ervan Gunawan meneleponnya. Dinda tidak menjawab telepon dari Ervan, ia meletakkan kembali ponselnya.
"Entahlah, gue harus angkat teleponnya atau tidak. Emangnya dia mau ngomong apa lagi sama gue. Jujur, gue nggak berniat diemin dia kayak gini, tapi apa boleh buat? Gue kecewa sama dia." Dinda Maharani mulai mengomel sendirian.
*****
Ervan masih tetap berusaha menghubungi Dinda, sudah 4 kali teleponnya ditolak oleh Dinda. Pria itu semakin khawatir dengan Dinda. Pesannya juga tidak dibuka. Hal ini membuat Ervan Gunawan semakin khawatir dengsn gadis itu.
Walaupun Ervan sempat meminta putus dengan Dinda, ia masih tetap khawatir dengan keadaan gadis itu. Toh Dinda Maharani juga belum menyetujui hal itu, kan semua keputusan tidak boleh diputuskan secara sepihak. Itu berarti Ervan Gunawan belum putus dengan Dinda.
Ervan mencoba menghubungi gadis itu seksli lagi, jika teleponnya tidak diangkat, ia memutuskan untuk pergi ke rumah Dinda.
Tuttt tutt tut....
Nomor yang anda tuju tidak aktif....
Ervan mengerutkan keningnya, padahal tadi ia bisa menghubungi Dinda, tapi sekarang? Dinda menonaktifkan teleponnya.
Tidak perlu berpikir lama-lama lagi, Ervan langsung mengambil kunci mobilnya dan langsung beranjak dari kamarnya menuju ke garasinya. Ervan memilih untuk langsung menemui gadis itu.
Sesampai Ervan di depan rumah Dinda, pintu gerbangnya belum ditutup. Namun, Ervan memilih untuk memarkirkan mobilnya di depan pintu gerbang saja.
Ervan langsung kekuar dari mobilnya. Ervan kemudian meraih ponselnya dan mengirimi gadis itu sebuah pesan.
*****
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam, tetapi Dinda Maharani masih belum juga turun dari rooftopnya. Dinda tetap duduk manis seraya memandangi bintang yang berkelap-kelip malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Man [END]
Teen Fiction"Kulkas 5 pintu? Emangnya ada? Tentu saja ada! Dia hampir membuatku gila akan ketampanannya yang paripurna. Namanya Ervan, Ya! Ervan Gunawan! Aku harap, aku bisa kenal dekat dengannya, tidak hanya dekat, aku lebih ingin... hmm, sepertinya tidak perl...