"Siapa tuh orang yang lo suka?" sambung Budi.
"Lo mau tahu orangnya?" tanya Ervan.
"Mau banget," jawab Budi bersemangat.
"Tidur dulu sana! Udah malem, jangan lupa mimpikan bidadari idaman lo!" ucap Ervan yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraannya.
"Dasar lo Van, bikin gue penasaran aja,"
Artha kembali menguap dan menatap dua sahabatnya yang sedang berdebat. "Wuaghem, palingan yang di bilang Ervan tadi si Dinda, sok-sokan lo nggak mau ngaku!"
"Apaan sih lo, tidur sana!" decak Ervan sambil meninggalkan dua sahabatnya.
Brak!
Ervan menutup pintunya dengan kasar. Ia pun langsung berjalan masuk ke dalam kamarnya.
"JANGAN LUPA MIMPIKAN BIDADARI LO JUGA, Van!"
*****
Drttt Drtttt
Pagi ini Dinda dibangunkan oleh ponselnya yang bergetar. Entah siapa pagi-pagi begini menelepon dia. Raut wajah kesal Dinda langsung merekah.
"Siapa sih pagi-pagi gini nelpon, ganggu tidur gue aja," kesal Dinda sambil meraih ponsel yang ada di atas meja belajarnya.
"Nomor tidak dikenal, siapa ya?"
"Hmm. Apa mungkin ini nomor Ervan?" ucap Dinda sembari tersenyum ke arah ponselnya.
"Eh, tapi nggak mungkinlah dia yang nelpon, 'kan dia nggak tahu nomor telepon gue," tanpa berpikir lama lagi, Dinda segera mengangkat teleponnya.
"Halo, ini siapa, ya?"
"Good morning, bidadari," ucap seseorang itu.
Kayaknya gue kenal sama suara ini, batinnya.
"Ini siapa, ya?" tanya Dinda lagi.
"Gue Daffa,"
"Lo dapat nomor telepon gue dari mana?" tanya Dinda.
"Nggak penting dapatnya dari mana,"
"Terus pentingnya nelpon pagi-pagi buta buat apaan?"
"Siang ini lo ada waktu, nggak?" tanya Daffa yang langsung mengalihkan topik pembicaraannya.
"Hmm. Ada sih sekitar jm 1 siang gue nggak ngapa-ngapain, emangnya kenapa?" tanya Dinda yang kebingungan dengan pertanyaan Daffa barusan.
"Gue mau ajak lo jalan, mau, nggak?"
Dinda memutar bola matanya, malas. "Ke mana?"
"Kalau lo nggak keberatan sih,"
"Sebenarnya sih keberatan,"
"Oke. Kalau gitu nggak jadi jalannya,"
"Yakin nggak jadi?" tanya Dinda yang mencoba menggoda Daffa.
"Jadilah, kalau lo mau," jawab Daffa dengan polosnya.
"Iya mau,"
"Oke. Nanti gue jemput lo jam 1 siang,"
"Mau jalan ke mana emangnya?" tanya Dinda kebingungan.
"Taman Edelweis sama makan di cafe dekat-dekat sana,"
"Wahh ke taman Edelweis, suka banget sama Edelweis. Sudah lama nggak pernah ke taman Edelweis," ucap Dinda bersemangat.
"Lo suka nggak sama bunga Edelweis?" tanya Daffa.
"Suka sih, tapi lebih suka sama mawar merah," jawab Dinda malu-malu.
"Oke,"
"Oke apa nih?" tanya Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Man [END]
Teen Fiction"Kulkas 5 pintu? Emangnya ada? Tentu saja ada! Dia hampir membuatku gila akan ketampanannya yang paripurna. Namanya Ervan, Ya! Ervan Gunawan! Aku harap, aku bisa kenal dekat dengannya, tidak hanya dekat, aku lebih ingin... hmm, sepertinya tidak perl...