Part 5. Gadis Lugu Berparas Cantik

936 785 865
                                    

"Lo siapa? Lo tahu nama gue darimana? Dan lo ngapain tiba-tiba ada disini?"

Pertanyaan yang di ajukan Ervan membuat gadis itu seketika membeku di tempat dan bingung akan menjawab apa. Tak lama kemudian gadis itu membuka suaranya dan menjawab.

"Kenalin, aku Olivia Putri Maheswari dari kelas 10 IPA 2, panggil aja Oliv, aku tau nama kamu dari sahabat aku, aku ke perpustakaan ini mau pinjam buku,"

Ervan hanya mengangguk kecil seraya kembali membaca bukunya dan tak berkata apa pun lagi.

Bener bener ya ni cowok dingin amat kayak yang di bilang sahabat gue, batin Oliv yang langsung berjalan keluar dari perpustakaan.

Dasar orang aneh, batin Ervan sambil geleng-geleng menatal kepergian Oliv dari hadapannya.

*****

Di ruang kelas 10 IPA 1 saat ini heboh membahas Ervan Gunawan. Entah apa yang membuat sebagian dari siswi di SMA Global menyukai Ervan. Mungkin mereka menyukai ketampanannya, atau kekayaannya? Entahlah.

Divya dan Dinda sedang sibuk membaca bukunya.

"Eh Din, lo sudah dengar orang-orang pada omongin apa dari pagi?" tanya Divya.

"Nggak, gue nggak tahu orang-orang dari pagi omongin apaan, dan gue nggak perduli akan hal itu,"

"Lo yakin nggak perduli? Ini menyangkut Ervan loh Din," ucap Divya sambil tersenyum sinis.

"Hah? Ervan? Ervan kenapa sampai di omongin sama orang-orang?" tatapan Dinda langsung berpindah menatap Divya.

"Tadi katanya nggak perduli,"

"Kalau soal Ervan apa pun itu gue pasti perduli, cepetan kasi tahu gue Divya!" bujuk Dinda.

"Jadi, tadi itu gue nggak sengaja dengar orang-orang bicara tentang Ervan di depan kelas mereka. Terus-"

"Terus terus?"

"Terus, katanya lagi 5 hari itu ulang tahunnya Ervan ke 16 tahun Din,"

"Oh, ulang tahun, kok gue nggak tahu, ya?" Dinda meletakkan bukunya dan menopang dagunya seraya berfikir.

"Ya iyalah lo nggak tahu, lo 'kan belum dekat sama dia, lo juga 'kan baru kenal dia semenjak penutupan masa orientasi siswa,"

"Iya juga ya, gue kasih dia kado apa ya? Menurut lo, gue mendingan kasih dia hadiah apa Div?" tanya Dinda.

"Lo yakin Din mau kasih si Ervan hadiah?"

"Iya iyalah, masak gue nggak kasih hadiah buat orang yang gue suka," jawab Dinda keceplosan.

"Lo suka sama dia? Hm, kalau menurut gue sih ya, lo kasih dia sepatu aja gimana?" saran Divya.

"Mmm, sepatu? Ehh, nggak ah, nanti rasa suka gue di lambangkan kayak sepatu yang pantas di injak-injak dan nggak di hargai sama dia," tolak Dinda cepat.

Divya menghela napas pelan, berusaha sabar menghadapi sahabatnya itu.

"Bukan gitu Dinda, 'kan kalau misalkan nanti hadiah dari lo itu di pakai ke sekolah 'kan lo jadi senang pemberian dari lo itu di hargai,"

"Tapi gue nggak mau, gimana kalau gue kasih dia kado jam tangan? Lebih oke 'kan Div?"

"Boleh juga tuh, sekalian lo kasih toko jam tangannya ke dia biar dia lebih senang!" jawab Divya sambil menertawakan sahabatnya itu.

"Biar dia ingat waktu, kapan saatnya mencintai gue dan kapan saatnya dia menyayangi gue, iya 'kan Div?"

"Najis, ketinggian hayalan lo Din, nanti jatuh sakit tahu!"

My Cold Man [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang