Rintikan hujan yang mengguyur malam hari yang begitu dingin membuat seorang gadis berparas cantik yang sedang duduk di meja belajarnya yang semulanya sibuk membaca novelnya kemudian menggosok-gosokkan tangannya, kedinginan.
Jendela kamarnya yang masih terbuka membuat suhu di kamarnya menjadi semakin dingin. Dinda berhenti membaca novelnya, ia pun menatap keluar dari jendelanya.
"Hujannya deras banget." ucapnya seraya menutup jendelanya.
Dinda kembali meraih novelnya dan membacanya. Malam ini adalah malam hari yang begitu sunyi bagi Dinda Maharani. Hanya terdengar suara rintikan hujan di luar.
Tak lama kemudian terdengar suara petir yang menyambar di langit hingga membuat gadis yang awalnya sedang asik membaca novelnya hingga akhirnya ia berteriak kencang seraya menutup telinganya, ketakutan sekaligus terkejut. Dinda pun berhenti membaca novelnya, ia menutup novelnya dan meletakkannya di atas mejanya.
Dinda menatap ke arah jam dindingnya yang menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Dinda kemudian meraih ponselnya dan mencari nomor sang pacar.
Malam itu Dinda memilih untuk menelepon sang pacar. Dinda tahu betul bahwa sang pacar pasti belum tidur.
Tuttt tutt tut....
Panggilan terhubung
"Halo, Ervan?" sapa Dinda.
"Iya, kenapa? Tumben malam-malam nelpon. Lo belum tidr?" tanya Ervsn beruntun.
"Dinda takut, ada petir,"
"Lo nggak bisa tidur karena takut sama petir?"
"Bukan gitu, Dinda habis baca novel. Karena ada petir jadi Dinda berhenti baca novelnya, terus-"
"Terus lo telpon gue," potong Ervan.
"Iya."
"Terus apa hubungannya rasa takut sama nelpon gue?"
"Ervan kok nggak peka sih!"
"Oh, gue ngerti sekarang. Lo mau gue ke rumah lo buat nemenin lo tidur malam ini, kan?"
"Astaghfirullah, masih salah,"
"Terus apa dong?"
"Ervan jangan tutup teleponnya ya sebelum Dinda tidur," pinta Dinda seraya berjalan menuju kasurnya dan membaringkan tubuhnya.
"Oh, sekarang tugas seorang pacar jadi satpam online di malam hari ya?
"Nggak juga sih, cuman malam ini aja,"
"Oke." jawab Ervan mengiyakan.
"Good night, Sayang." ucap Ervan.
Setelah mendengar perkataan Ervan barusan, Dinda langsung menarik selimutnya dan menutup matanya.
Kali ini cowok itu menuruti permintaan sang pacar. Ia benar-benar tidak menutup teleponnya sebelum gadisnya benar-benar tertidur, apalagi meninggalkannya tidur.
"Din?" panggil Ervan.
"Dinda belum tidur, Ervan!"
*****
Hari libur telah tiba, Dinda, Divya, Ervan, Artha dan Budi sedang sibuk membincangkan tentang rencananya camping besok di bukit Cemara.
Mereka berlima berkumpul di rumahnya Artha tepatnya di ruang tengahnya. Mereka akan berlibur ke bukit tersebut selama kurang-lebih dua hari, dan jika cuaca memungkinkan. Karena akhir-akhir ini cuaca kurang mendukung, sering terjadi hujan di sekitar perbukitan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Man [END]
Teen Fiction"Kulkas 5 pintu? Emangnya ada? Tentu saja ada! Dia hampir membuatku gila akan ketampanannya yang paripurna. Namanya Ervan, Ya! Ervan Gunawan! Aku harap, aku bisa kenal dekat dengannya, tidak hanya dekat, aku lebih ingin... hmm, sepertinya tidak perl...