Part 14. Pantang Mundur

594 498 841
                                    

Divya segera mengambil ponsel yang di sodorkan oleh Dinda kepadanya dan membaca pesan yang di kirimkan oleh Ervan kepada Dinda.

Divya hanya geleng-geleng melihat isi dari pesan yang di kirimkan oleh Ervan sambil menertawakan sahabatnya itu yang keras kepala.

"Gue kan sudah bilang, lo nggak usah kirimin dia pesan, sok perhatian lagi," protes Divya.

"Nggak apa-apa, ini 'kan baru awal dari segalanya, gue akan berusaha dan coba kirim pesan lagi ke dia nanti sore. Gue nggak mau nyerah gitu aja," jawab Dinda keras kepala lagi.

"Mendingan jangan deh Din, nanti bukannya dia bakal respon chat dari lo, bisa-bisa dia malah semakin mengabaikan perhatian lo yang tidak penting ini," saran Divya.

Dinda tak menjawab, ia hanya terdiam sambil mempertimbangkan apa yang di katakan oleh Divya barusan.

"Hmm, bisa nggak ya?" tanya Dinda.

"Bisa apa?"

"Bisa nggak ya gue jadi penyebab utama dari es yang awalnya beku hingga akhirnya mengalami perubahan sampai mencair dengan cara memberi kehangatan yang terus-menerus kepada es itu?"

"Hm," jawab Divya sambil berpikir.

"Bisa nggak ya?" tanya Dinda lagi dan lagi.

"Coba lo perhatiin dia dengan trik-trik pintar lo," saran Divya.

"Oke. Gue coba secara perlahan."

*****

Sesampainya Dinda di rumahnya, ia langsung berjalan menuju kamarnya.

Dinda membaringkan tubuhnya di atas kasurnya dan mencoba memikirkan trik apa yang harus ia keluarkan dalam menghadapi sikap dingin Ervan terhadapnya.

Sambil berpikir, Dinda memilih untuk memutar sebuah musik di ponselnya supaya ia sedikit tenang dan bisa berfikir lebih jernih lagi.
Dinda kemudian meraih ponselnya yang ada di sampingnya dan mencoba untuk mengirimkan pesan lagi kepada Ervan.

Dinda kemudian mengirimkan beberapa pesan yang sudah ia ketikkan di keyboard ponselnya. Sambil menunggu balasan dari Ervan, Dinda bangun dari kasurnya dan berjalan menuju meja belajarnya untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah yang akan di kumpulkan besok pagi.

Setelah Dinda belajar cukup lama, ia tiba-tiba berdiri dan mengambil ponselnya yang bergetar di atas kasurnya.

1 pesan baru

Dinda melihat notifikasi di layar atas ponselnya dengan raut wajah yang kelihatan bahagia sambil duduk kembali di kursinya.
Dinda penasaran dengan orang yang mengiriminya pesan dan apa isi pesan tersebut. Dinda pun segera membuka WhatsApp nya.

"Gimana Din, pesan yang lo kirimkan sudah di balas sama Ervan?"

~Divya

Raut wajah Dinda langsung berubah saat itu juga. Karena ia pikir yang mengirimkannya pesan adalah Ervan.
Mood Dinda untuk melanjutkan mengerjakan tugasnya seketika hilang dan sirna, ia malah berdiri dari kursinya dan berjalan kembali menuju kasurnya dan langsung membaringkan tubuhnya sambil menatap ponselnya dengan raut wajah sedikit kecewa.

Gini amat ya nasib lo Din, cinta sama orang yang nggak sama sekali memperdulikan lo, batinnya.

Dinda menunggu balasan pesan dari Ervan sampai tiba-tiba ia tertidur pulas dengan ponsel yang ada di sebelahnya.

*****

Ervan yang sedari tadi sibuk dengan buku-buku biologi yang ia baca di atas mejanya, sampai-sampai dari pulang sekolah tadi ia tidak dapat mengambil ponselnya apalagi memeriksanya. Ternyata ponselnya masih ada di dalam tasnya.

My Cold Man [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang