Kenan bangun dari tidurnya sedari jam 4 pagi hanya untuk menyiapkan surprise untuk putri tunggalnya. Tepat pukul setengah enam pagi surprise yang dipersiapkan oleh Kenan selesai. Perlahan Kenan berjalan menuju kamar putrinya. Kenan mencoba membuka pintu kamar Dinda, untungnya kamarnya tidak dikunci.
Kenan berjalan mendekat ke arah putrinya yang sedang tidur lelap. Kenan langsung membangunkan putrinya. Dinda bukan tipe orang yang susah untuk dibangunkan. Beberapa menit setelah Kenan membangunkannya, Dinda langsung mengedipkan matanya perlahan dan menatap ke arah sang Mama.
"Happy Sweet Seventeen, Sayang," ucap Kenan seraya memegang kue yang sudah berisikan lilin.
Dinda tertegun, kaget dengan kehadiran sang Mama di kamarnya. Dinda langsung duduk sembari tersenyum menatap sang Mama.
"Makasih Ma,"
Dinda kemudian mengalihkan tatapannya dari sang Mama dan kemudian menatap kue di tangan Kenan.
"Kuenya lucu banget,""Suka?"
"Suka banget Ma, makasih banyak, Ma,"
"Iya, sama-sama. Ayo buat wish dulu sebelum tiup lilinnya," suruh Kenan.
Dinda mengangguk kecil seraya memejamkan matanya dan membuat sebuah permohonan di hari spesialnya.
Fuhhh!
"Ayo potong kuenya," suruh Kenan.
Dinda mengangguk seraya memotong kuenya.
"Ini buat Mama," ucapnya seraya menyodorkan potongan kue pertama kepada sang Mama.
Dinda pun melanjutkan momotong kuenya dan memakannya.
"Nih Mama suapin," ucap Kenan seraya menyuapkan kue ke mulut Dinda.
"Enak, 'kan?" tanya Kenan.
"Enak banget, Ma. Mama beli di mana?"
"Mama buat sendiri loh,"
"Wah, Mama cocok deh jadi penjual kue," ucap Dinda seraya tertawa kecil.
"Kamu bisa aja, Mama keluar dulu, ya, Sayang."
Dinda mengangguk kecil seraya menatap kepergian sang Mama.
Dinda pun langsung mengalihkan tatapannya ke ponsel yang ada di atas mejanya. Dinda meraih ponselnya dan membuka WhatsApp-nya. Pada layar ponselnya, sudah banyak teman-teman Dinda yang memberi ucapan selamat ulang tahun kepadanya, terutama Divya.
Dinda mengerutkan keningnya seraya mencari-cari satu nama pada layar ponselnya. Dinda mencari-cari pesan yang dikirimkan oleh sang pacar. Ternyata Ervan tidak mengiriminya pesan pagi ini.
Dinda menghela napas berat, kecewa karena sang pacar yang tidak memberinya ucapan selamat ulang tahun. Dinda meletakkan kembali ponselnya di atas mejanya dan berjalan ke kamar mandinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Man [END]
Fiksi Remaja"Kulkas 5 pintu? Emangnya ada? Tentu saja ada! Dia hampir membuatku gila akan ketampanannya yang paripurna. Namanya Ervan, Ya! Ervan Gunawan! Aku harap, aku bisa kenal dekat dengannya, tidak hanya dekat, aku lebih ingin... hmm, sepertinya tidak perl...