Part 13. Do not disturb!

628 526 949
                                    

Ervan dan Budi terdiam sejenak sambil menatap kedua gadis berparas cantik yang ada di depannya saat ini. Terutama Budi yang seketika itu juga hatinya menjadi luluh setelah menatap lekat gadis impiannya.

Tiba-tiba Budi membuka suaranya, "Gue ke sini buat nemuin lo Div, gue kangen banget sama lo," ucap Budi berusaha merayu Divya.

Divya memaksakan senyumnya sambil geleng-geleng dan tak menjawab perkataan yang keluar dari mulut Budi barusan.

"Najis lo, Di!" komentar Dinda sambil geleng-geleng.

Dinda kemudian mengalihkan pandangannya ke Ervan dan menatap pria itu yang kelihatannya gugup berada di depannya.

"Kalau Ervan, ke sini mau ngapain?"

Ervan mencoba menormalkan rasa gugupnya dengan menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan, "Gue ke sini mau nepatin syarat dari lo, catat nomor gue,"

"Seriusan nih?"

"Hm,"

"Okay. Sebutin nomornya, biar Dinda catat," ucap Dinda bersemangat sambil mengeluarkan ponselnya.

"08xxxxxxxxx,"

"Oke. Sudah Dinda save ya, nanti Dinda chat," ucap Dinda sembari tersenyum ke arah Ervan.

"Terserah," jawab Ervan dingin.

"Tapi, ini beneran 'kan nomor Ervan? Nanti Dinda malah dikasih nomor palsu," ucap Dinda curiga.

"Kalau lo nggak percaya, langsung telpon aja nanti!"

Saat itu juga, Ervan mengalihkan pandangannya, "Ayo Di, kita ke kelas," ajak Ervan.

"Gue mau di sini dulu sama Divya," tolak Budi.

Tiba-tiba Dinda membuka suaranya, "Lo nggak ke kelas sekarang, Div?" tanyanya cepat.

"Ke kelas lah. Ayo!" sahut Divya yang tiba-tiba berjalan mendahului Dinda.

Ervan berusaha menahan tawanya melihat kepergian Divya, "Mampus lo Di, di kacangin sama Divya," ledek Ervan yang juga berjalan meninggalkan Budi.

"Huhhh, sabar Di sabar. Sebenarnya cinta itu emang ribet, tapi yang ribet itu yang bikin hidup lo jadi seru. Semangat 45!"

*****

Setelah jam pulang sekolah tiba, Dinda dan Divya tidak langsung pulang, hari ini mereka berdua akan pergi ke cafe tempat biasa yang mereka kunjungi hampir setiap minggunya untuk membeli menu kesukaan mereka.

Dinda yang sedari tadi merasa sangat bosan menunggu kedatangan Divya yang tak kunjung datang dari toilet untuk mencuci wajahnya, ia pun memilih memainkan ponselnya sebentar.

Saat ini, Dinda menunggu Divya di taman belakang sekolah sendirian, karena sebagian dari siswa-siswi SMA Global sudah pulang ke rumah mereka masing-masing.

"Hai, Din?" sapa pria yang tiba-tiba ada di samping Dinda.

"Husshhh!" teriak Dinda kaget dan langsung refleks memukul lengan pria itu dengan buku paket biologi yang ia pegang.

"Aduhh sakit, Din!" teriaknya merintih kesakitan karena tiba-tiba ia di pukuli oleh Dinda.

"Kirain kuntilanak!" ucap Dinda sambil memegangi dadanya karena saat itu juga detak jantungnya berdetak sangat kencang.

"Astaghfirullah. Gue laki-laki Din, bukan perempuan. Yakali kuntilanak ada yang laki-laki, yang ada Genderuwo sama Buto ijo!" jawabannya sok bijak.

"Lo tahu dari mana kalau kuntilanak itu perempuan, Daff? Emangnya lo sudah pernah ketemu? Atau lo sengaja ketemuan sama mereka?" tanya Dinda yang sengaja mengundang kekesalan Daffa.

My Cold Man [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang