Dinda menatap pria yang ada di sampingnya saat ini dengan tatapan heran. Jantung Dinda berdetak begitu kencang. Ia sendiri bingung dengan perasaannya saat ini yang bercampur aduk dengan tubuhnya yang masih terasa lemas.
"Buka mulut lo," pinta Ervan yang tiba-tiba menyadarkan Dinda dari pikiran goyahnya.
"I-iya Ervan," jawab Dinda terbata-bata sambil membuka mulutnya.
Suapan pertama dari Ervan mendarat dengan sempurna. Dinda yang saat ini masih tidak bisa mengontrol detak jantungnya dan berusaha mengalihkan pandangannya ke arah pintu UKS seraya mengunyah makanannya.
"Makan yang banyak, biar lo cepat sembuh dan nggak ngerepotin gue lagi," ucap Ervan tak berdosa.
"Dinda merepotkan ya?"
"Sangat!"
"Maaf," lirih Dinda sambil menundukkan kepalanya.
"Gue maafin. Udah jangan sedih, nanti lama sembuhnya,"
"Nih, makan lagi."
Ervan menyuapi Dinda sampai makanannya hampir habis dimakan oleh Dinda.
"Cukup Ervan, Dinda sudah kenyang,"
"Lagi sedikit," paksa Ervan.
Uhuk uhuk!
Ervan segera meraih air mineral yang ada di atas mejanya dan memberikannya kepada Dinda.
"Minum,"
Setelah Dinda meminum airnya, ia kembali melanjutkan makannya sampai habis karena cowok itu tetap memaksanya.
"Makasih Ervan," ucap Dinda sungguh-sungguh.
"Hm," jawabnya singkat.
Setelah selesai, Ervan membuang kotak nasinya di tong sampah yang ada di ruangan UKS dan kembali mendekati Dinda.
"Hm aja? Jawab sama-sama kek atau-"
"Atau apa?" ucap Ervan yang tiba-tiba memotong pembicaraannya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Dinda.
Jantung Dinda kembali berdetak kencang. Ia sangat tidak nyaman saat ini.
Tiba-tiba Ervan menggerakkan tangannya dan menyentuh dagu Dinda.
"Dagu lo ikut makan," ucapnya seraya mengelap dagunya Dinda.
"Ih, Ervan!"
"Lo bahagia nggak gue perhatiin?"
"Bahagia banget...." jawab Dinda sungguh-sungguh sambil menganggukkan kepalanya.
"Oke."
"Oke?"
"Iya, oke."
"Nggak jelas!" decak Dinda kesal.
"Jelas kok,"
"Apanya yang jelas?" tanya Dinda kebingungan.
"Rasa sayang gue."
*****
Jam pelajaran berlalu begitu cepat, keadaan Dinda juga sudah mulai membaik.
Saat ini hanya keheningan yang ada di rungan UKS. Dinda memilih tetap duduk di tempat tidur UKS seraya menatap Ervan.
"Ervan lagi baca apa sih dari tadi?"
Tak ada jawaban dari Ervan, pria itu tetap fokus membaca buku yang dipegangnya.
Tringgggg
Bel pulang akhirnya berbunyi, Ervan pun berhenti membaca bukunya dan menutupnya. Ervan kemudian berdiri dari duduknya dan meletakkan kembali bukunya di tempat semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Man [END]
Roman pour Adolescents"Kulkas 5 pintu? Emangnya ada? Tentu saja ada! Dia hampir membuatku gila akan ketampanannya yang paripurna. Namanya Ervan, Ya! Ervan Gunawan! Aku harap, aku bisa kenal dekat dengannya, tidak hanya dekat, aku lebih ingin... hmm, sepertinya tidak perl...