"Hai, good morning,"
Dinda terkejut, tiba-tiba terdengar suara laki-laki yang menyapanya dari belakang. Dinda pun langsung membalikkan badannya dan menatap pria tersebut.
Dinda menghela napas pelan, ia pikir yang menyapanya adalah Ervan Gunawan.
"Hai," jawab Dinda singkat.
"Lo Dinda anak kelas 10 IPA 1 'kan?" tanya pria itu.
"Iya,"
"Kenalin gue Daffa Mahendra, panggil aja Daffa, gue kelas 10 IPA 2, salam kenal ya," ucap Daffa.
"Iya," lagi-lagi Dinda menjawab dengan singkat.
"Lo ngapain pagi-pagi gini di taman? sendirian lagi," tanya Daffa.
"Dinda cuman nyari udara segar aja, lagi butuh aura positif,"
"Ohh gitu, ayo kita ke kelas nanti keburu mulai pelajarannya," ajak Daffa.
"Duluan aja, sebentar lagi Dinda ke kelas,"
"Oke, gue duluan ya," pamit Daffa.
Setelah kepergian Daffa dari hadapan Dinda, Dinda langsung duduk sebentar di kursi taman belakang sekolah.
"Daffa Mahendra, nama yang bagus, tapi kok gue ngerasa ada yang aneh sama pria itu, kayak ada yang janggal gitu,"
"Arghh, ngapain sih gue jadi mikirin dia nggak penting tau, mending gue ke kelas, keburu telat nanti." Dinda langsung beranjak menuju ruang kelasnya.
Sesampainya Dinda di kelas, ia sudah disambut oleh Divya yang sedang duduk manis di bangku pojok seraya menatap Dinda yang baru saja menginjakkan kakinya di ruangan kelasnya.
Divya pun berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Dinda.
"Eh, lo kok baru datang Din, lo bangun kesiangan, ya?"
"Lo ini kayak jelangkung aja, datang tak di undang pergi tak di antar, tiba-tiba nongol di samping gue," decak Dinda seraya memegangi dadanya karena terkejut.
"Lagian lo ngapain sih pagi-pagi sudah bengong aja, awas kesambet lo. Eh iya, kalau bengong bengong katanya bisa dirasuki sama makhluk halus loh Din," Divya mencoba menakut-nakuti sahabatnya.
"Apaan sih lo, nakut-nakutin gue aja, gue itu lagi mikir,"
"Mikir apa lo? Pagi-pagi gini udah senam otak," Divya langsung menertawakan sahabatnya yang sedang kebingungan.
"Tadi gue sampai di sekolah pagi banget Div, terus gue ke taman sebentar buat nyari udara segar, terus-"
"Terus lo nggak sengaja bertemu sama Ervan di taman? Atau sama Artha dan Budi? Atau lo bertemu sama makhluk halus yang udah ngerasukin lo sampai bikin lo pagi-pagi gini kebanyakan mikir?" berbondong pertanyaan langsung keluar dari mulut Divya.
"Nggak, gue bertemu sama laki-laki, tapi bukan mereka yang lo bilang,"
"Terus siapa?"
"Daffa Mahendra, anak kelas 10 IPA 2,"
Divya mengangguk kecil. "Oh, Daffa,"
"Lo tau dia, Div?"
"Nggak tau," jawab Divya dengan polosnya.
"Dasar lo, mau gue tabok? Pagi-pagi sudah bikin gue emosi aja ni anak,"
"Lagian lo ngapain sih mikirin dia, emangnya sekarang perasaan hati lo sudah berpindah ke dia? Cepat amat, hebat Din lo sudah bisa lupain Ervan si es batu," tebak Divya asal.
"Najis lo, gue cuman mikir aja kok, kalau di diri dia itu kayak ada kejanggalan gitu Div,"
"Mungkin itu cuman perasaan lo aja, Din,"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Man [END]
Teen Fiction"Kulkas 5 pintu? Emangnya ada? Tentu saja ada! Dia hampir membuatku gila akan ketampanannya yang paripurna. Namanya Ervan, Ya! Ervan Gunawan! Aku harap, aku bisa kenal dekat dengannya, tidak hanya dekat, aku lebih ingin... hmm, sepertinya tidak perl...