Cigarette Kiss

6.5K 302 77
                                    

Warn: abuse, angst
Pair: Sunakage

.
.
.

Kageyama Tobio tinggal dalam lingkungan keluarga yang keras. Kedua orang tuanya dan kakaknya sangat sibuk. Mereka hanya berkumpul saat makan malam.

Di sebuah meja bundar, keempat anggota keluarga Kageyama duduk melingkar. Mereka keluarga yang cukup terpandang, kaya raya, dan sebagian menyebut mereka sempurna.

Tidak hanya dari paras yang rupawan, namun juga kecerdasan. Sayangnya, putra bungsu keluarga itu tidak memenuhi ekspektasi mereka.

Dibanding Miwa, Tobio tertinggal jauh dalam segi pengetahuan eksakta. Lelaki itu lebih menggeluti bidang olahraga yang mana tidak disukai oleh Tuan dan Nyonya Kageyama.

PLAKK

"Mau jadi apa kau kalau tiap hari main voli tidak berguna!! Aku akan bilang pada kepala sekolah agar kau dikeluarkan dari klub sampah itu dan mulai ikut les!! Lagi-lagi nilaimu cuman 90, memalukan!!"

Tobio menunduk. Ia hanya mengangguk seraya memegang bekas tamparan sang ayah. Rasanya panas dan kebas hingga meninggalkan ruam biru di pipinya.

Pintu terbanting saat ayahnya keluar. Tobio menghela napas dan berjalan ke atas ranjang. Dia menangis. Membayangkan mulai besok dan selamanya dia tidak akan pernah bermain voli lagi.

Hidupnya sangat membosankan, setiap hari Tobio berangkat ke sekolah diantar oleh supir, mengikuti pelajaran, lalu ekstrakurikuler piano, dan di rumah masih harus les pelajaran lagi. Tuan Kageyama akan sangat marah jika lelaki raven itu mendapat skor tidak sempurna.

Tobio tidak punya teman setelah keluar dari klub voli. Dia seperti robot yang tak punya atau tidak bisa merasakan kesenangan. Jika anak seusinya mulai mengenal jatuh cinta, Tobio sama sekali tak pernah merasakannya.

Sudah menjadi tradisi bagi keluarga Kageyama jika perkara pasangan hidup adalah dengan melakukan perjodohan, entah itu saling cinta atau tidak. Jadi Tobio berpikir untuk apa jatuh cinta jika ujungnya pasangan akan ditentukan juga.

Seluruh garis hidupnya seolah ditulis oleh ayahnya dan bukan kehendaknya sendiri. Sungguh, meskipun dia memiliki segalanya, dia merasa tidak bebas.

.

Jarum jam menunjukan pukul 8 malam. Tobio masih membaca di kursi belajar, tenang, seperti rutinitasnya yang biasa namun tiba-tiba terdengar suara benda-benda jatuh.

Lelaki raven itu melepas kacamata bacanya dan perlahan membuka pintu, kepalanya menyembul untuk mengecek keadaan di luar.

Malam ini dia di rumah sendirian.

"Otousan? Okasan? Neesan?" Kageyama menuruni tangga. Ia menyalakan saklar lampu membuat seisi lorong panjang rumahnya terlihat.

Perlahan ia mendekati sebuah guci yang pecah. Tidak mungkin benda itu pecah sendiri, di rumahnya juga tidak memelihara binatang.

Menyadari ada orang lain di rumahnya, Kageyama segera berlari menuju alat telepon rumah. Niatnya ingin menelpon polisi namun sebuah tangan menahan dirinya.

Tubuh ramping itu tersentak dan sebelum ia bisa menoleh, orang lain itu memukul tengkuknya membuat Tobio pingsan seketika.

Pip

"Aku sudah mendapatkan anaknya"

.
.
.

Ketika sadar, Tobio tengah terikat di kursi dengan bibir di lakban. Lelaki raven itu mengerjapkan mata berulang kali.

Tak lama terdengar langkah kaki mendekat dan asap rokok bertebaran. Berdiri di hadapannya seorang lelaki berambut hitam dengan mata tajam.

Lelaki itu membungkuk, mendekatkan wajahnya pada wajah Kageyama lalu melepas kasar lakban di mulut nya.

Kageyama Harem Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang