Onigiri Sensei

4.2K 223 22
                                    

Pair: OsaKage
Warn: age gaps, college student kageyama, lecturer Osamu, fluff, lemon
Requested

.
.
.

Sepuluh menit sebelum kelas dimulai, Kageyama masuk ke dalam ruangan lebih dulu. Niatnya, dia ingin makan bekal sekalian minum susu di kelas dari pada di kantin yang notabene selalu ramai.

Bayangan suasana sepi dan tenang yang ada dibenak Kageyama rubuh saat melihat kursi kelas sudah penuh setengahnya. Apa-apaan.

Ini adalah kuliah semester pertamanya, ditambah dia dari luar kota wajar kalau belum punya teman. Ia duduk sendirian, agak jauh dari yang lain.

"Kata senior, dosen mata kuliah ini killer" Ujar pemuda bersurai ginger pada dua temannya.

"Iyakah? Memang dosennya kenapa?" Sahut perempuan blonde dengan wajah penuh tanya.

"Jadi katanya, dosen ini pelit memberi nilai, kalau ada siswa yang telat sedikit saja langsung dialpha, memberi tugas setinggi gunung, dan kalau ngajar juga tegas.. Gitulah.."

"Oo" Si perempuan mengangguk-angguk.

"Tapi kata senior, dosen ini suka makan onigiri pula.. Makanya dipanggil onigiri sensei"

"Hahah onigiri sensei, kok lucu sebutannya.."

"Iya lucu, tapi jangan sekali-kali bilang begitu di depannya, bisa-bisa dapat nilai F."

Kageyama menghela napas. Ia membuka kotak bekal dan bibirnya terangkat kala melihat dua buah onigiri tersaji di dalam. "Itadakimasu.."

Baru juga ingin menyuap onigiri, si lelaki ginger dan dua temannya mendekati Kageyama. "Hai boleh kenalan?"

"Kageyama Tobio.." Balas Kageyama seadanya. Dia ingin sekali menggigit onigiri yang tampak lezat namun si ginger dan teman-temannya justru terus mengajaknya ngobrol. Mau tak mau Kageyama menutup bekal dan meladeni mereka.

"Ehem. Kalian yang disitu mau kuliah atau mau ngobrol?" Sontak Hinata, Yachi, dan Tadashi kepayahan mendengar bariton dari arah papan tulis. Ketiganya segera duduk di kursi dengan was-was, sedang Kageyama, dia hanya mendengus merasa kesal tak sempat sarapan.

Sang dosen bersurai hitam itu membetulkan posisi kacamatanya, hendak mengajar. Tak dapat dipungkiri, meskipun kabarnya Osamu adalah dosen yang galak, pada kenyataannya pria itu memiliki wajah yang tampan dan proporsi tubuh yang bagus, tak heran ia digandrungi pemuda pemudi kampus.

"Sebelum mulai, saya minta ada ketua kelas untuk mengoordinir tugas dan komunikasi dengan saya, siapa yang mau jadi ketua kelas?"

Sontak beberapa mahasiswa mengangkat tangan antusias, termasuk Tadashi dan Yachi.

"Ah ya, kamu yang pakai kemeja putih."

Hanya ada satu orang yang memakai kemeja putih di dalam kelas itu, semua mata langsung tertuju padanya.

"Saya?" Mata Kageyama melebar. "Tapi kan saya tidak mengangkat ta—"

"Ya kamu ketua kelasnya mulai sekarang atau tidak ikut kelas saya sama sekali?"

Kageyama terdiam. "Baik pak.."

.

"Ketua kelas ikut keruangan saya." Ujar Osamu setelah menutup jam kuliah. Mahasiswa lain satu persatu segera bubar. Antara lanjut kelas lain atau langsung pulang.

Kageyama mengikuti Osamu dari belakang ke ruangannya. Tidak ada dosen lain, hanya ada mereka berdua.

"Kenapa kamu cemberut terus dari tadi?" Sebuah belaian menyingkirkan poni Kageyama yang berada di kening. Si raven mendongak, bibirnya masih sedikit mengerucut.

"Aku belum makan sarapanku.."

Osamu menggenggam pergelangan tangan Kageyama lalu mendudukan yang lebih muda keatas meja kerjanya. "Kenapa begitu sayang? Aku sudah bangun pagi membuatkan itu untukmu." Matanya menelisik kedalam netra laut istrinya.

Benar, mereka sudah menikah. Jika mahasiswa dan beberapa dosen berusaha dekat dengan Osamu menggunakan segala cara, maka Kageyama tak perlu repot karena selamanya sudah terikat dengan pria itu sejak awal ia lulus SMA.

"Samu.. Kenapa aku yang jadi ketua kelas? Kamu lihat tatapan mereka tadi saat kamu menunjukku, mereka terlihat kesal.." Kageyama atau sebenarnya sudah ganti jadi Miya memutus kontak mata, tangan rampingnya menahan pundak kekar Osamu yang terus maju memghimpit dirinya.

"Kenapa? Aku mau dekat denganmu setiap saat. Memangnya kamu tidak masalah aku dekat dengan mahasiswa lain?" Tangan Osamu melingkari pinggul Kageyama, menariknya semakin mepet.

"Memangnya tugas ketua kelas mesra-mesraan dengan dosen, tidak kan."

"Memang bukan, tapi aku maunya kamu. Aku tidak suka kalau ada yang meributiku dengan pesan kalau bukan kamu, Miya." Osamu mendongak.

Kageyama melengos, pipinya sedikit merona. "Jangan memanggilku begitu.." Suaranya mengecil membuat Osamu semakin tersenyum.

"Miya.. Itu sangat cocok denganmu." Osamu menegakkan diri, ia menangkup dagu Kageyama kemudian mencium bibirnya. Rasanya lembut dan selalu membuatnya candu.

Osamu menyukai Kageyama sejak kunjungannya untuk mengembangkan penelitian di Miyagi pertama kali, saat itu Kageyama masih SMA, belum cukup umur, jadi Osamu mendekatinya sebagai teman.

Strategi nya cukup pintar, tak hanya mendekati Kageyama tapi dia juga baik pada kakak sang pujaan hati, memberi kesan bahwa dia adalah pria yang bertanggung jawab, jadi ketika Tobio sudah cukup umur, Miwa tidak merasa takut saat Osamu langsung melamar sang adik. Lantas bagaimana dengan perasaan Kageyama pada Osamu?

Kageyama membuka matanya perlahan saat Osamu menghentikan lumatan. Netranya menatap pada yang lebih tua.

"Apa kamu hanya terpaksa menikah denganku?"

Kageyama mengerjapkan mata, tangannya yang melingkar pada leher Osamu perlahan turun. Pria kekar itu menunduk, merasa tak percaya diri seketika. "Apa kamu.. Hanya kasihan padaku?"

Terkadang Osamu berpikir Kageyama mencintainya, namun terkadang juga tidak. Dia takut jadi satu-satunya yang jatuh cinta disini.

"Apa aku mau melakukan ini, hanya karena rasa kasihan?" Kageyama sudah berlutut di lantai, kepalanya mengadah, bibirnya mendekat pada resleting celana pria itu, menggigit lalu menurunkannya membuat Osamu yang melihat jadi menutup mulut dengan wajah merah.

Kageyama mengeluarkan kejantanan suaminya, menatap sebelum menjilat ujungnya. Matanya naik keatas, terikat dengan netra Osamu dengan tatapan paling sensual dan menggoda.

"Apa aku melakukan ini, hanya karena terpaksa?" Kageyama mengulum penis Osamu sampai kepangkalnya membuat empunya menggeram rendah. Memberikan servis terbaik dengan mulut dan jarinya.

"Kamu mau tahu seberapa aku mencintaimu?" Kageyama bangkit berdiri. Ia membuka dua kancing kemejanya lalu melepas celananya sendiri. Osamu masih terengah dan membeku melihat Kageyama yang begini.

Lelaki blueberry itu membelakangi Osamu, merebahkan dadanya keatas meja, dengan dua tangannya ia merenggangkan pipi pantatnya sendiri, kepalanya menoleh menatap pada Osamu.

"Gunakan aku sepuasmu.. Aku mencintaimu, onigiri sensei.." Kageyama tersenyum.




The end








Kageyama Harem Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang