His Brother

4.8K 195 21
                                    

Pair: IwaKage
Warn: ooc, agegaps, soft
Request

.
.
.

Ini adalah pertama kali bagi Kageyama mengunjungi rumah Kindaichi untuk sebuah kerja kelompok bersama Kunimi. Mereka bertiga duduk di sebuah meja bundar dan duduk beralaskan bantal.

Kageyama menggigit ujung atas pensil seraya melihat ke lembar soal. Matanya berkedip, sesekali melirik kearah Kindaichi dan Kunimi bergantian.

"Kenapa?" Tanya si belah tengah.

"Bagianku kenapa paling sulit." Ujar Kageyama.

"Mana ada, bagianmu justru yang paling mudah. Jangan bilang soal begitu saja tidak bisa?" Kindaichi nyeletuk.

Kageyama mengerucutkan bibir. "Tentu saja bisa! Aku cuman bilang!" Ia melengos sembari menarik kertasnya.

"Hei mau kau bawa kemana?" Kunimi menghela napas.

"Aku perlu konsentrasi!" Balas Kageyama, ia duduk di sudut ruangan sambil menatap sinis dua temannya.

Kindaichi menggelengkan kepala. Mereka bertiga pun lanjut mengerjakan bagian masing-masing. Yang paling muda terlihat masih menukikkan alis.

Paling mudah apanya. Aku pasti dikerjain. Kageyama mendengus.

Tak lama sebuah langkah kaki masuk ke ruang tamu. "Ah kau sudah pulang, pantas aku dengar suara ribut-ribut barusan."

Kepala Kageyama sontak mendongak untuk menatap siapa yang barusan berbicara.

"Iwaizumi-san? Sejak kapan kau datang kemari?" Mata Kindaichi melebar melihat sepupunya datang.

"Sejak siang tadi, kau sedang kerja kelompok?" Pria tinggi itu melihat kearah Kunimi dan kertas-kertas di meja, lalu matanya menoleh ke sudut ruangan. Melihat pada anak laki-laki yang matanya tampak berbinar dan bibirnya sedikit terbuka. "Apa yang dia lakukan di ujung sana?"

Kindaichi dan Kunimi menoleh kearah Kageyama. Si raven masih terlalu terpukau untuk tersadar. Sejak kapan Kindaichi memiliki saudara yang sangat macho dan tampan pikirnya.

"Oi! Kageyama duduklah disebelah sini, kau pasti belum mengerjakan satu soal pun kan?" Kedua temannya seolah sudah hapal dengan kemampuan akademik yang paling muda.

Dari yang awalnya terperangah melihat Iwaizumi, Kageyama segera menoleh. "Ha?"

"Oh soal matematika, mau ku bantu?"

Saat kepala Kageyama kembali lurus ke depan wajah Iwaizumi sudah tepat di hadapannya. Pria itu berjongkok, tangan kanan memegang lembar soal, dan matanya menatap lurus padanya.

"H-ha?" Otaknya dan bibirnya jadi ngang ngong.

Iwaizumi pun meraih sebuah bolpen di samping kaki Kageyama, menggigit tutupnya, menahannya di bibir kemudian menulis rumus di kertas coret-coretan.

Mata Kageyama melebar dan dia ikut-ikutan menggigit bibir bawahnya. Matanya melihat kening, lalu mata, turun ke hidung mancung, rahang tegas, pundak tegap, lengan atas yang berotot, dan nadi yang menonjol di lengan bawah Iwaizumi. Kageyama menelan ludah baru cepat-cepat menatap kearah lembar kertas yang ditulis pria itu.

"Ini, aku tidak terlalu bisa menjelaskan seperti guru, tapi kau kerjakan sesuai rumusnya pasti bisa." Lelaki itu kembali menatap pada Kageyama.

"A i-iya.." Seperti terkena percikan cahaya surga, kenapa bola mata Iwaizumi sangat indah batin Kageyama.

Yang lebih tua tersenyum tipis, ia menepuk-nepuk pucuk kepala Kageyama seraya bangkit berdiri lalu pergi begitu saja. Kepala Kageyama masih mendongak untuk melihat pada punggung tegapnya. Pipinya merona dan jantungnya tak karuan.

Kageyama Harem Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang