Forget Me Not

4.1K 165 18
                                    

Pair: Ushijima Wakatoshi x Kageyama Tobio
Warn: timeskip, nsfw, angst, forbidden relationship.

.
.
.

Kompetisi hanya ada di dalam arena. Usai kekalahan melawan MSBY tidak ada rasa kesal atau dendam diantara mereka, yang ada saat ini Schweiden Adlers malah menyelenggarakan pesta di sebuah bar. Duduk di bangku fancy dengan minuman dan para wanita.

Mereka sudah dewasa dan juga seorang pria. Minum adalah hal lumrah, apalagi jika bersama teman-teman dan wanita-wanita cantik. Kageyama dapat melihat wajah seniornya yang rata-rata memerah. Ia juga melihat bagaimana romero dan kaptennya masing-masing merangkul dua wanita.

Mereka menggunakan waktu pesta dengan sangat baik. Hoshiumi bahkan sudah lepas kendali di lantai dansa sejak kedatangan mereka. Sedang Kageyama, yang ia lakukan hanya duduk dengan segelas sampanye yang sama sekali belum ia cicip.

Sesekali matanya melihat ke lantai dansa, sesekali melihat ke rekan timnya, dan sesekali tak sengaja bertemu pandang dengan Ushijima yang duduk di depannya. Pria itu juga tampak tidak menikmati pesta ramai.

Entah hanya firasat saja atau memang sedari tadi Ushijima tidak berkedip melihatnya. Kageyama menarik napas, ia  pun menghabiskan champagne sekali teguk. Ia lakukan beberapa kali sampai perasaan mengganjal di hatinya hilang.

Melihat Kageyama yang agak mabuk, Ushijima bangkit berdiri, membuat wanita di sampingnya jadi sedikit tergeser dan menatapnya heran. Pria besar itu mendekati Kageyama lalu mengulurkan tangannya. "Kupikir kau butuh udara segar."

Kageyama masih sadar. Ia bisa melihat uluran tangan dan suara Wakatoshi dengan jelas. Kageyama mengangguk, ia bangkit berdiri tak menghiraukan uluran tangan si pria.

Mereka pergi ke area yang lebih sepi, atau kali ini adalah sebuah kamar. Ushijima melepas dasi dan jasnya sedang Kageyama hanya duduk di tepi.

"Kau masih memikirkan pertandingan tadi?"

Kageyama menggeleng. Matanya mulai menjadi sayu, mengikuti pergerakan jemari Ushijima yang melepas kancing kemejanya sendiri. Pria itu tak berniat melakukan apapun, ia hanya melepas kancing atas agar tidak sesak kemudian berjalan melalui Kageyama untuk duduk di sofa.

Mata Kageyama menunduk ke lantai. "Bagaimana dengan kekasihmu, Wakatoshi-san?"

Ushijima menghela napas. Ia bangkit berdiri untuk pindah duduk di samping si raven. "Tobio.."

"Dia menonton pertandingan tadi." Sambung si manik biru. Dagunya terangkat, matanya juga menatap Ushijima sekarang.

"Bisa kita tidak membahasnya sekarang?"

"Dia memakai rok biru yang cantik. Aku melihatnya tadi. Apa kalian bertemu—"

Perkataan Kageyama terbungkam dengan sebuah ciuman. Ini adalah situasi paling tidak mengenakan di seumur hidupnya. Mencintai kekasih orang dan kekasih orang juga mencintai dirinya tapi keduanya sesama lelaki. Sebuah fakta yang tidak bisa ditentang dan dilawan.

Mata Kageyama terbuka dan berair. Ia melihat Ushijima memejamkan matanya erat. Bagaimana pria itu menangkup pipinya dengan sebuah cincin yang tersemat di jari manisnya.

Kageyama melengos untuk melepas ciuaman mereka. "Aku akan ke Italia setelah ini.. "

"Kau tau aku mencintaimu.." Ushijima menatap sendu lelaki di depannya. "Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.."

Kageyama menarik ingusnya lalu menggeleng. "Kau tidak perlu melakukan apa-apa.. Aku akan tetap pergi.."

"Tobio.." Ushijima menangkup kedua tangan yang lebih muda. Perlahan netra Kageyama kembali bersahutan dengan irisnya. Satu tangan pria itu terangkat, mengelus rahang dan pipi Ushijima.

Kepalanya perlahan mendekat, sekali lagi menempelkan bibir mereka. Saling melumat untuk berbagi penderitaan dan rasa sayang. Ciuman Kageyama terasa menuntut, seolah dia menginginkan ini agar tidak pernah berhenti.

Ushijima mulai mengambil alih dominasi. Ia mengukung Kageyama di ranjang dan menjajah mulutnya, menyambar dan memberikan apa yang diinginkan lelaki raven itu. Tangannya melepas kancing kemeja Kageyama, dan Kageyama melakukan yang sebaliknya padanya.

Ciuman Wakatoshi mulai turun, menuju leher jenjang dan pundak yang lebih muda. Membuatnya mendesah namun juga menangis pedih. Ini menyakitkan dengan betapa ia ingin dimiliki oleh Wakatoshi tapi tidak bisa.

Tubuh keduanya yang telanjang saling mendekap, berbagi kehangatan, dan keringat. Tangan Kageyama melingkar di punggung Ushijima, mencakarnya saat mereka menjadi satu. "T-toshi.."

Mungkin ini yang terakhir kali. Setelah ini dia akan pergi jauh. Melupakan semua kenangan indah dan sakit ini. Napas Kageyama terdenggal dan matanya memburam. Tubuhnya terasa terbakar dan melebur setiap kali mendengar Ushijima membisikan namanya tepat di samping telinga.

Semua perasaan dan kalimat yang tak terucap, mereka salurkan lewat ciuman. Kageyama meremas pundak Ushijima saat ia akan tiba begitu juga dengan si pria. Hujamannya semakin kencang dan dalam.

"J-jangan keluarkan di dalam.."

"Apa yang kau bicarakan." Ushijima menggeram dan menambah temponya. Ia mendesakkan wajahnya pada ceruk leher Kageyama.

"Wakatoshi nhh.."

Ushijima mengendurkan pelukannya untuk menatap Kageyama.

"Kah tahu jika kau mengeluarkannya di dalam.. Aku akan sulit melupakan mu.."

Tangis seolah tak pernah mengering bagi Kageyama. Ushijima mengecup bibirnya sekilas laku menahan kedua tangan Kageyama diatas kepala. "Aku memang tidak ingin kau melupakanku sampai kapanpun. Entah ini yang terakhir atau kita akan berujung bersama nanti. Aku ingin kau selalu mengingatku."

Kageyama hanya terisak. "A-ahhhhh"

"Arghh"

Tubuhnya mengejang. Sejenak Ushijima menyandarkan kepalanha pada Kageyama. Terasa sebuah belaian lembut pada rambut dan kepalanya. "Siapa yang sedang kau bohongi.. Kita sama-sama tau, ujung bersama itu tidak akan mungkin untuk kita.."

Air mata yang coba Ushijima tahan sejak tadi pun mengalir. Ia memejamkan matanya dan memeluk Kageyama semakin erat.


.
.
.




The end

Kageyama Harem Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang