SMA Garuda Emas, SMA terfavorit di Jakarta dengan sejuta pretasi yang telah diraih. Sekolah dengan uang masuk yang cukup mahal itu memiliki peraturan yang cukup ketat seperti sekolah pada umumnya. Namun, tetap saja peraturan itu ada saja yang melanggar, contohnya lima murid laki-laki yang kini tengah berdiri dengan posisi tangan di telinga dan kaki kanan yang terangkat.
Lima siswa itu tengah dihukum akibat sering sekali mereka berlima datang terlambat, udah gitu lihat saja. Seragam mereka dengan sengaja dikeluarkan. Bagaimana guru tidak menghukum mereka? mereka tidak mematuhi peraturan sekolah yang mewajibkan seragam harus dimasukan.
"Kalian lagi, kalian lagi. Nggak bosen ketemu ibu terus?" seorang guru perempuan dengan rambut yang disanggul seperti konde itu tengah berdiri didepan lima siswa yang tengah dihukum itu. Namanya, Bu Susi, guru BK yang dikenal begitu galak dan menyeramkan.
Tetapi bagi lima siswa itu, Bu Susi tidak menyeramkan malah mereka terkadang dengan santainya menggoda Bu Susi sampai gondok dan berakhir menghukum mereka berlima lagi dan lagi.
"Seharusnya kalian ingat udah kelas dua belas! Masih aja kayak anak kelas sepuluh!" tekan Bu Susi.
"Ya, maaf Bu. Namanya macet dijalan." Balas salah satu dari kelimanya. Cowok berbadan tinggi, putih dan tampan itu adalah Tristan Aldevaro. Murid yang di takuti semua orang disekolah ini.
"Alasan! Kalau sudah tau macet jalan lebih pagian!"
"Males bu, masih ngantuk." Sahut Abimanyu atau yang biasa dipanggil Bima. Cowok ini memang hobi sekali menggoda Bu Susi.
"Bima! Mau saya telpon orang tua kamu?!" ancam Bu Susi membuat Bima menciut.
"Jangan dong Bu, nanti saya nggak diizinin sekolah lagi."
Bu Susi sudah hatam dengan wajah kelima siswa dihadapannya, karena mereka berlima sering masuk BK karena kelakuan mereka yang super nakal dan sembrono di sekolah.
"Tristan, Guntur, Rayhan, Tian dan kamu Bima. Sekarang kalian lari muterin lapangan ini dua puluh kali!" ucap Bu Susi menyuruh mereka untuk berlari.
"Buset! Yang benar aja Bu. Dikira saya superman bisa lari cepat, saya manusia Bu. Bisa mati saya." Keluh Bima yang dihadiahi tatapan tajam Bu Susi. Melihat tatapan tajam Bu Susi membuat Bima menarik ucapannya barusan.
"Yang merasa keberatan dengan hukuman kalian angkat tangan!"
Dengan serempak kelimanya mengangkat tangan dengan begitu yakin dan semangat. Tanpa diduga itu adalah jebakan Bu Susi untuk kelimanya, "Baik, kalau gitu saya tambahin jadi tiga puluh putaran! Sekarang!" suruh Bu Susi dengan teriak.
Karena tidak mau berlama-lama berhadapan dengan Bu Susi, akhirnya kelima siswa itu dengan berat hati menjalankan hukuman dari Bu Susi.
***
"Anjir, capek banget gue. Mau mati aja gue!" keluh Bima yang sudah berkeringat.
"Lo sih tadi lama pake berak segala, jadi telat kan." Ucap Guntur menyalahkan Bima.
Bima menoleh ke arah Guntur, "Dari pada gue tahan, nanti berak dicelana gimana? Emangnya lo mau nyebokin gue?"
"Ogah!!"
Mereka berlima tengah mengatur nafas mereka yang masih terengah-engah. Ditambah dengan panas matahari yang mulai menampakkan sinarnya. Baju seragam mereka kini telah dipenuhi oleh keringat.
"Haus banget gue, kantin yuk!" ajak Rayhan.
"Nggak deh, gue takut kena lagi sama Bu Susi." Balas Tian.
"Cupu banget lo!"
"Bukan cupu, Han. Cuman, gue nggak mau aja nanti gara-gara kelakuan kita badung di ijazah kagak lulus, gimana?" Tian menasehati Rayhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tan - Lana
أدب المراهقينIni bukan cerita tentang seorang gadis dengan segala keceriaan dan kebahagiaan, ini cerita tentang gadis yang begitu rapuh namun berusaha untuk terlihat tegar didepan semua orang. Alana Anatasya, namanya. Gadis berparas cantik dengan rambut yang...