39. RUMAH SAKIT

275 47 113
                                    

Semua yang ada di dunia ini bentuknya adalah fana atau sementara. Seperti Papa, sementara namun berharga. – Alana Anatasya.

Suasana mencekam dan menegangkan, itulah yang tengah dirasakan Alana. Dirinya kini tengah menunggu di depan ruang IGD seorang diri.

Kejora baru saja sampai, ia dengan cepat berlari saat melihat Alana yang tengah duduk seorang diri disebuah kursi panjang di depan ruang IGD.

"Lana?"

Alana menoleh, ia melihat Kejora yang tengah berlari menghampirinya.

Saat sampai di samping Alana, Kejora dengan cepat memeluk tubuh perempuan itu. Pelukan Kejora begitu hangat membuat Alana kembali menangis.

"Ra, Papa gue pasti selamat kan?"

Kejora melepaskan pelukan itu, ia menatap Alana dengan sorot pandang yang begitu serius. Kejora tersenyum lalu mengangguk. "Pasti, Lan. Pasti," balas Kejora. "Lo harus yakin, Tuhan itu nggak pernah tidur. Lo tenang aja."

"Iya, Ra. Papa pasti selamat," ucap Alana berusaha tersenyum di balik tangisnya yang masih terisak.

"Lo tenang aja, Lan. Jangan panik, Papa lo pasti selamat."

Alana berusaha sekali untuk tidak berpikir negatif, tetapi semua itu terasa sulit baginya saat tau bagaimana kondisi terakhir Arwan kala itu.

"Tapi, Ra. Kalau Papa meninggal gimana???" tanya Alana, sedikit putus asa.

"Lo nggak boleh ngomong gitu Alana, lo harus yakin. Papa lo pasti selamat." Kejora berusaha sekali menguatkan Alana.

Satu jam berlalu, namun tak ada kabar baik yang terucap dari mulut sang dokter yang tengah menangani Arwan di dalam. Alana semakin gelisah, pikirannya sudah kemana-mana. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Arwan benar-benar pergi meninggalkannya.

Alana bangkit dari duduknya, ia melangkahkan kakinya mendekati pintu ruang IGD yang tertutup rapat. Alhasil, ia tidak bisa mengintip keadaan di dalam seperti apa.

Kejora yang sedari tadi duduk dikursi panjang depan ruang IGD hanya bisa berdoa, ia sungguh tak tega melihat Alana begitu down seperti itu. Kejora meraih ponselnya, ia membuka aplikasi WhatsApp. Lalu, menekan tombol panggilan.

"Halo, Rif."

"Ya, kenapa. Ra?"

"Gue ganggu lo nggak?"

"Nggak, kenapa?"

"Lo bisa ke rumah sakit?"

"Hah? Rumah sakit?? Lo kenapa??"

"Bukan gue yang sakit. Bokapnya Alana yang masuk rumah sakit."

"Hah? Kok bisa?"

"Panjang ceritanya. Lo kesini ya. Alana butuh kita, ajak Sisi sama Delima juga."

"Oke, oke. Gue juga masih di depan rumah."

Kejora memasukan kembali ponselnya. Lalu, ia melangkahkan kakinya mendekati Alana yang berdiri di depan pintu ruang IGD.

Kejora menyentuh pundak Alana sambil tersenyum. "Kuat! Gue tau lo kuat," ucap Kejora.

Alana berusaha membalasnya dengan senyum getir.

Beberapa menit kemudian, Arif bersama Sisi datang. Mereka berdua segera berlari menuju ruangan yang sudah diberi tau oleh Kejora beberapa menit yang lalu.

"Alana, Kejora!"

Alana dan Kejora langsung menoleh, ia melihat Sisi dan Arif tengah berlari menghampiri mereka.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang