50. PENEMBAKAN

583 83 90
                                    

Malam ini, Alana berniat untuk mengunjungi Tristan ke rumah sakit secara diam-diam. Ia tetap bersikukuh untuk terus memantau keadaan Tristan meski lelaki itu memintanya pergi.

Alana juga sempat mengabari Guntur dan Ibram yang ternyata memang berada disana untuk bermalam.

Alana keluar dari rumahnya, dan memilih menaiki taxi online yang sudah ia pesan. Ia juga ternyata pergi secara diam-diam agar Kejora tak mengetahuinya.

Setelah dua puluh menit diperjalanan, Alana kini telah sampai di depan rumah sakit. Ia keluar dan berjalan masuk menyusuri lorong.

Hingga sampai di depan kamar kamboja, dirinya langsung masuk dengan perlahan membuka pintu.

Alana kini mendapati Guntur dan Ibram yang tengah duduk di sofa.

Kehadiran Alana disambut keduanya. "Sendiri aja?" tanya Guntur.

"Iya, lo jangan bilang Kejora ya," pinta Alana yang diangguki Guntur.

Matanya kini terfokus ke arah Tristan, perempuan ini tersenyum getir menatapnya.

"Lo tenang aja, Tristan udah baikan kok." Ibram membuka suaranya.

"Syukur deh," ujar Alana. Ia menoleh ke Guntur dan Ibram. "Gue ke minimarket depan dulu ya, ada yang gue pengen beli. Mau nitip nggak?"

"Nitip roti aja deh gue, Lan," kata Guntur.

"Gue nitip minum aja," sahut Ibram.

"Ya, udah." Alana berbalik dan berjalan, namun langkahnya terhenti di dekat pintu.

"Lo mau gue temenin nggak?" tanya Ibram.

"Nggak usah, Bram. Bisa sendiri gue," jawab Alana.

Setelah diangguki Ibram, Alana kembali membuka knop pintu dan berjalan keluar dari rumah sakit seorang diri.

***

Setelah berbelanja makanan ringan di dalam minimarket, Alana berjalan keluar dengan membawa satu kantong plastik putih.

Angin malam berhembus menerpa permukaan kulitnya, Alana berjalan di pinggir-pinggir trotoar sendirian. Keadaan jalanan saat ini sangat sepi, tak ada satupun kendaraan yang melintas.

Langkahnya seketika terhenti, ia mulai merasa ada keganjalan dari belakang tubuhnya. Ia sempat mendengar suara langkah kaki dari arah belakang, dengan cepat Alana menoleh. Ia tidak melihat siapa-siapa disana, semua kosong.

"Ah, mungkin cuman pikiran gue aja kali ya."

Alana melanjutkan langkahnya, beberapa langkah kemudian ia kembali mendengar suara langkah kaki yang semakin banyak. Tak hanya satu, ia mendengar langkah yang lebih dari satu orang.

"Siapa ya? aduh gue takut banget lagi, nanti kalau gue balik terus itu setan gimana?" gumamnya sendirian.

Alana menghela napasnya gusar. "Oke, Lan. Tenang, sekarang lo jalan aja ke depan dan nggak usah balik ke belakang."

Langkah kaki Alana kembali berjalan lebih cepat, ia semakin cemas.

Hap!

Seketika penciuman Alana susah untuk bernapas, sebuah kain hitam menutupi hidunganya. Tangan laki-laki yang memegang kain itu sangat kuat menekannya, seketika pandangannya mulai kabur.

Begitupun dengan kepalanya yang mulai terasa berputar-putar. Detik kemudian, tubuhnya melemas dan jatuh begitu saja. Alana pingsan di tangan lima laki-laki yang ternyata sudah mengikutinya sejak ia keluar dari minimarket.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang