51. SEMUA CEMAS

584 68 38
                                    

Sejak kejadian penembakkan Alana, Ibram dengan cepat membawa gadis itu dengan motornya sendiri ke rumah sakit yang sama dengan rumah sakit Tristan dirawat.

Ketika sampai di runah sakit, Ibram langsung berlari dengan berteriak. Satu suster yang berjaga disana langsung peka akan suara teriakan Ibram yang cukup terdengar jelas.

"Sus, temen saya, Sus." Ibram meminta tolong kepada satu suster yang ia temui.

"Baik, saya akan segera membawa teman kamu." Suster itu berlari, ia memanggil beberapa suster yang masih bertugas malam itu.

Tiga suster akhirnya datang dengan mendorong brankar. Ibram menurunkan tubuh Alana yang sudah berlumuran darah, lelaki itu membopong tubuh Alana untuk ditidurkan di atas brankar.

Ketiga suster langsung mendorong Alana ke sebuah ruangan. Dengan tatapan prihatin, Ibram tak sanggup lagi menahan tangisnya. Ia merasa bersalah, karna dirinya Alana seperti itu.

"Kamu tunggu disini, biar kita dan dokter yang nanganin temen kamu." Suster itu menahan Ibram di depan ruangan.

Ibram menghela napasnya pasrah, lelaki itu menarik kasar rambutnya berkali-kali seraya menyuarakan kekesalannya.

"ARGHHH! LO BEGO IBRAM!!" teriak Ibram, memukul kepalanya sendiri. "Kenapa lo biarin Alana yang ditembak?!! ARGGGHH!" kali ini teriakannya disambut sebuah tonjokkan kasar yang ia arahkan ke tembok di hadapannya.

Tubuhnya lemas, ia memilih untuk duduk dengan bersandar pada tembok di belakang tubuhnya.

"Gue harus kabarin Guntur," ucapnya. Lelaki itu langsung meraih ponselnya yang berada di saku celana. Menekan tombol panggilan, tak lama kemudian panggilan itu terhubung.

"Tur," panggil Ibram, gemetar.

"Lo kenapa?"

"Nanti gue ceritain, lo bisa kesini?"

"Kemana?"

"Depan ruang operasi di lantai satu,"

"Oke, gue kesana."

Setelah panggilan itu terputus, Ibram kembali mematikan ponselnya. Lelaki itu masih berlinangan air mata, sedih.

Seperkian detik kemudian, Guntur datang. Matanya membulat sempurna saat melihat baju Ibram sudah dipenuhi darah.

"Lo nggak abis bunuh orang kan, Bram?" tuduh Guntur, mendadak.

Ibram langsung berdiri. "Tur," ucapnya.

"Jawab gue, Bram!" seru Guntur. "Lo nggak abis bunuh orang, kan?"

"Alana," lirihnya.

"Alana?" tanyanya panik. "Alana kenapa??!"

Ibram menunduk, lelaki itu seakan tidak ada keberanian untuk menceritakan semua ini.

"Alana kenapa?!" pekik Guntur. "Jawab gue!"

"Alana," jawabnya pelan. "Alana ditembak."

Mendengar ucapan Ibram, seketika hati Guntur berdenyut nyeri.

"Bukan lo kan yang nembak Alana?!" tanya Guntur.

"Bukan gue, tapi..." Ibram menahan ucapannya.

"Tapi, apa?!!" bentak Guntur.

"Alex, anak The Wolf."

***

Sudah dua puluh menit yang lalu, Guntur terus menelpon Kejora. Namun, perempuan yang ditelpon tidak mengangkat panggilannya.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang