33. ALANA PINGSAN

342 49 91
                                    

Jam pelajaran Bu Tata baru saja selesai, namun Alana belum kembali-kembali juga dari kamar mandi. Itu semua membuat Kejora sedikit bertanya-tanya kepada dirinya sendiri kemana Alana pergi? kan tidak mungkin perempuan itu lupa jalan kembali ke kelasnya.

Kejora menoel punggung Delima yang duduk di depannya, Delima pun menoleh bersamaan dengan Sisi yang juga ikut menoleh ke arahnya.

"Alana kemana dah?" tanya Kejora.

"Lah, iya. Tuh anak ke kamar mandi lama banget," balas Delima.

Kejora menoleh ke meja Arif. "Rif," panggilnya membuat lelaki yang tengah menulis itu menoleh.

"Kenapa?" tanya Arif.

"Habis ini pelajarannya siapa?"

Arif segera membuka binder yang terdapat di atas mejanya. Lelaki itu mulai membuka binder miliknya untuk melihat jadwal mata pelajaran selanjutnya. 

"Pelajarannya Bu Vira, tapi dia nggak masuk."

"Temenin gue, yuk!"

"Kemana?"

"Cari Alana, dia belum balik juga."

"Ya, udah." Arif berdiri dari kursinya bersamaan dengan Kejora yang berdiri juga dari kursinya.

"Lo berdua mau kemana?" tanya Sisi, menghentikan langkah mereka berdua.

"Cari Alana," balas Kejora.

"Ikut!" seru Sisi dan Delima.

Kini mereka berempat keluar kelas dengan langkah pelan, mereka berjaga-jaga agar tidak ketahuan guru-guru yang lain.

Tak lama kemudian, mereka sampai di lantai tiga dengan posisi yang tak sengaja berpas-pasan dengan Maya, Erika dan Tasya. Mereka saling bertatapan, terlebih lagi Kejora yang menatap sinis ketiga perempuan itu.

"Ngapain lo ngeliatin gue? cantik kan gue? Sampe lo terpesona gitu," ujar Maya, percaya diri.

"Heh, nenek lampir! lo jadi orang kepedean banget ya, najis tau nggak! muka kayak pantat panda aja belagu lo!" sembur Arif bak petasan rembet.

"Udah, Rif. Nggak usah di tanggepin alien kayak mereka," sahut Sisi.

Akhirnya mereka tak lagi memperdulikan tiga perempuan aneh itu, mereka kembali berjalan menuju toilet perempuan yang letaknya berada di pojok lantai tiga SMA Garuda Emas.

Tak lama kemudian mereka sampai tepat di depan toilet perempuan yang tertutup rapat, Kejora mencoba membuka pintu toilet tersebut. Namun ternyata pintu toilet itu terkunci, Kejora terus mencoba dengan menekan kenop pintu itu berkali-kali. Nampaknya usaha dirinya sia-sia, pintu itu benar-benar terkunci.

"Gue tau ini kerjaannya siapa!" seru Arif, menebak. "Bentar, gue ambil kunci cadangan di ruang guru." Arif pergi dari area lantai tiga dengan berlari.

Kejora terus menggoyangkan kenop pintu tersebut. "Lan," panggil Kejora sekali namun tak ada balasan dari dalam.

"Aduh, kalau Alana mati di dalam gimana?"

"Lo kalau ngomong suka sembarangan banget!" ketus Delima mencubit paha Sisi.

"Sakit monyet!"

Kondisi Alana sekarang masih setengah sadar, matanya mulai memburam. Semua benda-benda yang ada di hadapannya terlihat samar-samar, dan pendengarannya pun masih bisa mendengar namun hanya sedikit.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang