43. ALANA RAPUH

285 50 93
                                    

"Dengan kesabaran ku, aku menahannya. Dengan keiklhasan ku, aku melepasnya." – Alana Anatasya.

Flashback on

Alana bersama keempat sahabatnya baru saja turun dari lantai tiga. Mereka hendak berjalan menuju gerbang, karena bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Terlihat semua murid sudah mulai meninggalkan area sekolah. Beberapa ojek online pun sudah bertebaran di depan gerbang.

"Guys, gue duluan ya," ucap Arif.

"Pulang bareng siapa, Rif?" tanya Kejora.

"Sama Rayhan."

"Ya, udah. Hati-hati, jangan lupa pap tugas matematika."

"Oke, gue duluan," pamit Arif melambaikan tangan kepada Kejora, Delima, Sisi, dan Alana.

Keempat perempuan itu berdiri berjejeran di depan sekolah. Mereka tengah menunggu jemputan masing-masing.

"Gue duluan ya, udah dijemput. Bye," kata Delima.

"Hati-hati, Del."

Kini hanya tersisa Alana, Sisi, dan Kejora yang masih menunggu jemputan mereka. Kejora masih seperti biasa, ia dijemput oleh supir pribadinya sedangkan Sisi dijemput oleh Papanya.

Ting!

Ponsel Alana baru saja berbunyi. Ia segera mengambil ponselnya yang berada di dalam saku rok yang ia kenakan. Ia melihat jelas di layar utama ponselnya terpampang nyata sebuah notifikasi pesan yang baru saja dikirimkan Tristan untuknya.

Tristan
Aku tunggu kamu di Taman Aurora ya.

Alana mengeryitkan alisnya, terlihat beberapa kerutan pada dahinya. Ia tak tau ada apa ini? Apa Tristan akan membicarakan soal yang terjadi tadi di kantin?

Flashback end.

Tubuh perempuan itu seketika melemas di tempat. Ia berusaha untuk tetap tegar walaupun butir air mata mulai turun membasahi wajahnya. Sudah banyak sekali hal yang Alana lakukan untuk mendapatkan perhatian, waktu, dan cinta dari Tristan, tetapi apa? Tristan seolah-olah memperlakukan Alana seperti mainan yang bisa ia mainkan kapan saja dan tinggalkan kapan saja.

Semakin lama berdiam disana, semakin besar pula rasa sakit yang Alana terima. Terlebih lagi saat melihat perlakuan Tristan kepada Maya.

Dengan berat hati, Alana berbalik badan dengan air mata yang sudah mengalir deras. Rasa sakit, kecewa, dan sedih ia dapatkan hari ini. Perlakuan Tristan hari ini benar-benar membuatnya kecewa.

Alana berlari meninggalkan area taman dengan rasa sakit di dadanya yang masih tersisa.

***

Alana mulai memasuki rumah bercat putih yang menjulang tinggi dan megah. Suasana hatinya benar-benar tidak baik saat ini, lelaki yang ia sayang dan cintai ternyata bisa memperlakukan wanita lain seperti itu.

Saat membuka pintu depan, suasana rumah masih terlihat sepi tak ada Maya, Sinta, ataupun Bi Inah.

Ia memilih untuk segera menuju kamarnya, menaiki satu persatu anak tangga.

Kini Alana telah sampai di depan pintu kamarnya, ia membuka knop pintu lalu masuk. Sejenak ia terdiam, matanya seakan ingin keluar saat memandangi seisi kamarnya yang telah berbeda.

Barang-barang yang berada di meja belajarnya sudah tidak ada lagi di tempat semula

Alana bergegas membuka lemari pakaian, ternyata sama. Semua baju-baju miliknya sudah tidak ada disana.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang