36. CEKER AYAM

280 51 64
                                    

"Gimana rencana kita jadinya?"

Arif, Delima, dan Sisi tengah duduk di salah satu meja di perpustakaan. Mereka bertiga sengaja berpisah dengan Alana dan Kejora yang mungkin sekarang tengah mencari keberadaan mereka.

"Ya, nggak usah mewah-mewah. Sederhana aja yang penting berkesan buat mereka," saran Delima.

Arif dan Sisi mengangguk paham. "Oh, ya. Lo udah bilangin Bima, Del?"

"Udah, lo tenang aja. Pasti juga orangnya dikit lagi datang."

Mereka bertiga benar-benar sudah merencanakan ini semua sejak lama.

Ketiganya begitu semangat mempersiapkan kejutan perayaan ulang tahun Kejora dan Alana yang tinggal menghitung hari saja. Terlebih lagi semalam saat Delima meminta bantuan pacarnya, Bima. Bima tanpa berpikir lama langsung mengajukan dirinya untuk ikut berpartisipasi, ia juga meminta agar Tristan, Guntur, Rayhan, dan Tian untuk ikut dengan mereka.

Selang dua menit kemudian, lima murid lelaki yang mereka tunggu datang. Berjalan dengan gagah memasuki perpustakaan.

Bima langsung mengedarkan pandangannya ke segala sudut, dirinya mencari dimana meja Delima bersama Arif dan Sisi duduk.

"Bima!" panggil Delima.

Bima menoleh ke arah kanan tepatnya di pojok perpustakaan. Bima melihat ketiga insan sedang melambaikan tangan, menyuruhnya untuk gabung ke meja tersebut.

"Coy, noh disana!" seru Bima kepada teman-temannya.

Bima berjalan diikuti ke empat temannya dari belakang. Sesampai di depan meja dimana Arif, Delima, dan Sisi duduk. Kelima lelaki itu langsung menarik kursi dan segera mendudukinya.

Tristan dengan posisi salah satu kaki ia naikan kepangkuannya, Guntur dengan wibawanya serta Rayhan, Tian, dan Bima yang duduk sesuka hati mereka.

"Ada apaan sih, beb?" tanya Bima yang duduk di sebelah Delima.

"Jangan panggil beb dulu, bisa nggak?!" ketus Delima. "Tau tempat, dan tau kondisi!"

"Tau lo, alay anjir!" protes Rayhan.

"Bilang aja lo iri kan, nggak punya pacar?"

"Dih, nggak lah."

"Jomblo mah diam aja, jangan bacot!" ujar Bima yang langsung dihadiahi sebuah pulpen yang mendarat tepat mengenai wajahnya.

"Seh, songgong banget lo!"

"LO ANJING BELAGU BANGET MENTANG-MENTANG UDAH TAKEN!!"  bentak Rayhan.

"Udah-udah jangan ribut dulu kenapa sih!" sambung Sisi. "Kita kesini bukan buat berantem!"

"Ya, Maaf."

Delima mengeluarkan ponselnya dari dalam saku seragamnya. Lalu, Delima membuka sebuah note yang sudah ia buat semalam.

"Nih, ya. Gue sebutin tugas kalian, ini udah gue catat semuanya, jadi semua kebagian tugas masing-masing. Dan jangan ada yang protes!" ucap Delima.

Sebuah note yang berada di ponsel Delima mulai ia bacakan satu persatu.

"Yang pertama, Arif sama Rayhan-" ucapan Delima tiba-tiba terpotong dengan suara lelaki yang jauh lebih keras darinya.

"NGGAK GUE NGGAK MAU SAMA TUH ORANG!" protes Rayhan. "Nanti yang ada di modus, Del."

Arif menghadiahi tatapan kesal. "Gue modus? Najis banget."

"Nggak boleh ada yang protes!! Lagian kan kalian berdua saudaraan!!" tekan Delima. "Tugas kalian berdua, beliin dekorasi sama sekalian pesan kuenya," lanjut Delima menyebutkan tugas Arif dan Rayhan.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang