47. KANDAS?

420 61 83
                                    

Malam ini Tristan terlihat gelisah, ia sudah mencoba menghubungi Alana berkali-kali namun belum juga mendapatkan jawaban dari perempuan itu.

Ia ingin sekali meminta maaf atas apa yang telah ia perbuat, mulai dari berbohong hingga lebih mempercayai Maya dibanding pacarnya sendiri.

"Ngapain lo disini, bengong aja?" Ibram, saudara tiri Tristan baru saja menghampiri lelaki yang tengah duduk di teras rumah.

Tristan menoleh. "Kepo amat lo ama urusan gue."

"Buset, Bang. Lo sensi amat ama gue, gue udah nggak deketin Alana lagi santai."

"Bagus," ujar Tristan. "Karna dia cuman punya gue."

Ibram hanya menganggukan kepala, lelaki itu sudah bisa berdamai dengan keadaan yang sekarang sudah berbeda.

"Lo tau Alana kemana?" tanya Tristan tiba-tiba.

"Lo nanya gue?" balas Ibram. "Seharusnya lo pacarnya tau dong dia dimana."

"Gue udah nelpon, chat dia juga tapi nggak dibales."

"Ya, lo samperin aja ke rumahnya. Gampang, kan?"

"Gue malu, Bram. Gue pengecut banget di depan dia, gue jahat juga lebih percaya sama Maya."

"Salah lo sendiri percaya sama cewek kayak Maya, Alana tuh mana mungkin bunuh Papanya sendiri."

"Gue pengen gitu ngomong ke Maya, biar nggak usah ungkit masalah ini di sekolah tapi dia orangnya batu."

"Ya, lo samperin aja. Ngomong ke tuh cewek baik-baik, dia pasti nurut ama lo."

"Gitu?" tanya Tristan bimbang.

"Iya."

***

Setelah berbincang dengan Ibram, saudara tirinya. Tristan malam ini juga memutuskan untuk pergi menemui Maya, mereka berdua sudah menentukan tempat dimana mereka akan bertemu.

Sudah sekitar dua puluh menit yang lalu Tristan sudah sampai di tempat yang dijanjikan, ia terus menunggu Maya yang belum juga datang.

Ia juga sedikit melirik jam tangan hitam yang terpasang di tangan kirinya, tak lupa juga ia memeriksa ponselnya yang sedari tadi tak lepas dari genggamannya.

"Hai, sayang." Maya datang menyapa Tristan dengan panggilan sayang.

Maya duduk dan menatap Tristan dengan genit. "Kamu ngapain ngajak aku ketemuan?"

"Ada yang gue pengen omongin ke lo."

"Apa?"

Tristan menghela napasnya. "Lo jawab jujur ya, May?"

Maya mengangguk dan memberikan senyum. "Iya, sayang."

"Waktu kita jalan berdua, lo angkat telpon Alana di hp gue kan?"

Maya dengan cepat menggelengkan kepalanya, ia kali ini memilih berbohong saja.

"Jawab jujur, May." Tristan memberikan sedikit tatapan mengintimidasi untuk membuat Maya tak berkutik lagi.

"Gue nggak akan marah, May."

Merasa semakin terusik dan tak nyaman, Maya merubah raut wajahnya menjadi sedikit kesal.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang