13. MAYA KEJAM

330 58 83
                                    

Suasana jam pulang sekolah memang sangat ramai, murid-murid mulai meninggalkan kelasnya masing-masing. Begitupun dengan ke empat murid perempuan yang tengah berjalan beriringan menuju gerbang depan.

Alana bersama Kejora, Delima dan Sisi. Hari ini matahari menyinarkan sinarnya begitu terang hingga membuat permukaan bumi terasa sangat panas.

"Gue masih nggak nyangka Alana bisa nampar Tristan tadi," ucap Delima kagum, sambil berjalan di samping Sisi.

"Iya gila sih keren banget, pasti ajarannya Kejora!" sahut Sisi terkagum-kagum.

"Ih nggak ko, Kejora nggak pernah ngajarin gue kayak gitu," timpal Alana mengelak.

"Tapi bener deh Lan kata Delima sama Sisi, lo keren banget. Jangan-jangan sifat galak gue nular ke lo," ujar Kejora tersenyum. "Semoga otak lo juga nular ke gue deh!" 

"Amin."

Mereka berempat sudah berada di depan Gerbang SMA Garuda Emas sambil menunggu jemputan masing-masing.

Tak lama kemudian, jemputan Delima datang dan disusul oleh jemputan Sisi yang baru saja tiba. Mereka berempat berpisah, hanya tersisa Alana bersama Kejora. Kejora tengah menunggu supir pribadinya tetapi Alana?

"Mau bareng gue aja nggak Lan?" tanya Kejora membuka suara.

"Nggak usah Ra," tolak Alana.

"Kenapa? Lo kayaknya kalau gue ajakin pulang bareng nggak pernah mau?"

"Ih nggak gitu Kejora. Gue cuman nggak mau ngerepotin lo,"

"Lo nggak pernah ngerepotin gue Lan. Malah gue yang selalu ngerepotin lo,"

"Nggak pa-pa, gue seneng direpotin," balas Alana tersenyum.

Mobil putih jemputan Kejora tiba. Supir Kejora segera memutarkan mobil agar Kejora lebih gampang untuk masuk ke dalamnya.

"Beneran nggak mau bareng?" tanya Kejora sekali lagi.

Alana menggeleng dengan senyum.

"Ya, udah. Gue duluan ya Lan," pamit Kejora.

Alana membalasnya dengan senyum. Mobil putih itu mulai meninggalkan area sekolah. Saat mobil milik Kejora telah hilang dari padangannya, gadis itu berputar balik dan melanjutkan langkahnya. Hari ini ia berniat untuk pulang menggunakan kedua kakinya.

Namun niatnya terhenti saat melihat Tristan bersama teman-temannya baru saja keluar dari gerbang. Alana tanpa berpikir panjang ia langsung berjalan dengan cepat mengikuti kelima lelaki itu.

"TRISTAN!!"

"TRISTAN!!!"

Tristan mendengar teriakan seorang perempuan dari arah belakang. Ia sangat kenal dengan si pemilik suara cempreng itu. Tristan berhenti dan menoleh, benar saja ia menemukan Alana yang tengah berjalan menghampirinya.

"WIH ADA NENG ALANA, MAU NGAPAIN NENG?" goda Bima.

"Inget lo katanya suka ama Delima tapi Alana juga lo embat!" celetuk Tian, menjitak kepala Bima.

"Mulut lo ember ya nggak bisa jaga rahasia!"

Alana menatap Tristan dengan tatapan bersalah karena sudah menamparnya tadi. Ia juga belum meminta maaf dengan serius atas perlakuannya saat jam istirahat.

"Ada apaan?" tanya Tristan dingin.

"Mau minta maaf," ucap Alana dengan suara yang pelan namun masih bisa terdengar.

Tristan menatap gadis di hadapannya dengan iba. "Hm,"

"Hm? Artinya apa?" tanyanya polos.

"Artinya dimaafin, ya kan Tan?" sahut Bima.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang