45. ALANA MENYERAH?

456 59 49
                                    

Siang ini rumah Kejora terlihat ramai. Ada Delima, Sisi, Arif yang sudah berkumpul di ruang tamu. Tak lupa mereka mengundang Guntur, Rayhan, Tristan, Tian, dan Bima untuk bergabung.

Namun, sedari tadi mereka berlima belum juga ada kabar. Bahkan, Guntur sudah dihubungin berkali-kali pun tak mengangkat panggilan dari kekasihnya.

"Guntur nggak bisa gue hubungin nih," kata Kejora.

"Kok mereka kompakan gitu sih, Bima juga ngga bisa gue kabarin." Delima pun sama, ia sudah menghubungin Bima berkali-kali namun lelaki itu tak menjawabnya.

"Sampe mereka pada nggak dateng, gue bakal hajar satu-satu, lihat aja!" Arif geram, ia paling tidak suka ada orang yang omong doang namun tak ada buktinya.

Ting...Ting....Ting.....

Bel rumah Kejora baru saja berbunyi, sontak Kejora berdiri dari duduknya dan segera membuka pintu. Di depan gerbang rumahnya terlihat empat motor dengan empat lelaki yang duduk di jok tengah melambaikan tangan padanya.

Kejora melangkah menghampiri, lalu membuka kunci gerbang dan mempersilahkan Guntur, Tian, Rayhan, dan Bima masuk.

"Lama banget lo pada, Arif di dalam udah marah-marah," adu Kejora.

"Emang tuh anak, bangsat banget. Dia minta jemput gue, tapi pas ke rumahnya kata emaknya udah berangkat, sialan emang!" geram Rayhan.

Kejora baru sadar kalau tidak ada Tristan bersama mereka, kemana lelaki itu? Apa ia tidak datang?

"Tristan mana? Dia nggak datang?" tanya Kejora, memastikan.

"Tadi gue telpon katanya datang tapi telat, dia lagi pergi sama Mamanya," jawab Tian.

Kejora kembali melangkah dengan empat lelaki yang mengikutinya masuk ke dalam rumah.

Saat sampai di ruang tamu, mereka cukup tercengang dengan raut wajah Arif yang terlihat begitu marah, tatapan maut lelaki itu sanggup membuat Bima mengumpat.

"Lama banget lo pada!" judes Arif.

"Ngapa marah, seharusnya gue yang marah. Kenapa lo ninggalin gue? Sedangkan lo nyuruh gue jemput lo?" balas Rayhan tak mau kalah.

"Gue udah chat lo ya, Rayhan. Gue bilang nggak jadi bareng, salah sendiri lo nggak baca!"

"Udah, lo berdua berantem mulu sih!" seru Kejora. "Udah, lo pada duduk, gue ke dapur dulu."

"Serem banget temen kamu kalau lagi marah," bisik Bima yang duduk di samping Delima.

"Gue bisa denger ya lo ngomongin gue!!" sambung Arif, jutek.

"TBL TBL TBL TAKUT BANGET LOH."

Tak lama setelah kepergian Kejora ke dapur, Alana turun dari kamarnya. Ia menghampiri teman-temannya yang berada di ruang tamu dengan senyum dibibirnya.

Ia cukup terpaku karena ia tidak melihat lelaki yang ia tunggu disana, rasanya memang sedikit kecewa namun ia harus tetap tersenyum karena hari ini adalah hari bahagia untuk dirinya.

"HIHIHIHIHI......HEHEHEHEHE......HAHAHAHAHAHAHA......OOOOOOOO......." Tian yang sedari tadi duduk sendirian sambil memainkan ponselnya tiba-tiba bernyanyi, hal itu membuat semua langsung tertawa terbahak-bahak.

"Ngapa pada ketawa, sih?"

Tak ada yang menjawab, mereka masih tertawa terbahak-bahak karena memang pada saat menyanyikan itu ekspresi wajah Tian benar-benar menghayati dan sanggup mencairkan suasana.

Tian tak memperdulikan lagi, ia langsung terfokus kembali ke layar ponselnya.

Alana hanya diam, duduk di samping Arif sambil memegangi ponselnya. Jujur saja, ia sangat menunggu kehadiran Tristan disini. Yang lebih menyakitkannya lagi, pesan yang ia kirimkan ke laki-laki itu tak dibaca ataupun dibalas sama sekali.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang