5. NASI GORENG

465 67 43
                                    

Pagi-pagi sekali Alana sudah terbangun, kini Alana tengah berada di dapur rumahnya. Mengaduk-ngaduk, mencampuri satu bumbu dengan bumbu lainnya menciptakan harum yang wangi nan lezat. Wangi harum itu berasal dari sebuah penggorengan berukuran sedang yang berisi nasi goreng dengan taburan sosis dan bakso. Ya, Alana kini tengah memasak untuk dirinya sarapan.

Alana sudah terbiasa seperti itu, menyiapkan sarapan sendiri. Walaupun ada Bi Inah yang bekerja disini tetap saja, Alana ingin mandiri. Alana juga suka masak dan rasa masakan Alana pun tak buruk-buruk amat, malah kata teman-temannya masakan Alana itu enak.

Semua bumbu sudah tercampur, sosis dan bakso pun sudah matang sempurna, sekarang Alana mengambil sebuah piring dan juga dua buah kotak makan. Alana berniat untuk membawa bekal kesekolah hari ini, kegiatan ini bukan hal yang jarang Alana lakukan bahkan sejak SD sampai SMA pun Alana masih suka membawa bekal untuk dirinya sekaligus teman-temannya.

"Semoga dia suka dan mau maafin gue secara ikhlas." gumam Alana dalam hati.

Semua nasi goreng sudah berada diwadah, Alana menutup dua buah kotak makan lalu ia masukan kedalam papperbag coklat. Lalu Alana beranjak untuk mencuci peralatan yang ia pakai tadi. Namun, saat hendak mencuci seorang perempuan berusia empat puluh tahunan lebih dengan memakai daster rumahan itu datang dan menghampiri Alana.

"Non ngapain pagi-pagi udah masak?" tanya Bi Inah.

Alana menoleh terkejut Bi Inah datang secara tiba-tiba. "Astaga Bibi, kaget tau!"

"Maaf Non," ucap Bi Inah tertawa kecil. "Non habis masak?" tanya Bi Inah saat melihat penggorengan tengah dipegang Alana.

"Iya, Bi. Ini lagi mau nyuci bekas yang Alana tadi pakai."

"Udah Non, jangan. Biar Bibi aja yang nyuci, non mendingan sarapan nanti telat!" saran Bi Inah.

Alana kemudian ingat hari ini dia piket dan berarti harus datang lebih pagi, akhirnya Alana pun menyerahkan peralatan masak yang ia pakai tadi kepada Bi Inah. "Makasih ya Bi," ucap Alana langsung bergegas ke kamarnya untuk mengambil tas dan perlengkapan lainnya.

Tak lama kemudian, Alana turun kembali dengan membawa tas sekolah miliknya. Alana bergegas menuju ruang makan yang berdekatan dengan dapur. Saat sampai didapur Alana hanya bertemu dengan Bi Inah yang sedang memasak sarapan untuk Arwan, Sinta dan Maya.

Alana langsung duduk dikursi meja makan, tangannya mulai menyendoki nasi goreng buatannya dengan lahap. Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan nasi goreng yang tak begitu banyak porsinya.

Lalu, Alana berdiri dari kursi meja dan segera berangkat kesekolah. Hari ini Alana tak di antar Arwan atupun Mang Ujang. Alana memilih untuk naik ojek saja, lagipula kan kalau jam segini pasti Arwan, Papa angkat nya itu masih siap-siap.

"Bi, Alana berangkat duluan ya," pamit Alana menghampiri Bi Inah yang sedang mencuci piring.

Bi Inah menoleh pada Alana, "Loh kok berangkat jam segini non? Biasanya bareng tuan." tanya Bi Inah.

"Alana ada piket, jadi Alana mau jalan duluan aja Bi." Alana mencium tangan Bi Inah. "Pamit ya Bi."

"Hati-hati, Non!"

Alana beranjak menuju gerbang depan rumahnya karena driver ojek yang Alana pesan sepuluh menit yang lalu sudah sampai di depan rumah putih besar milik Alana.

***

Seorang siswi dengan gaya rambut dikuncir baru saja turun dari ojek yang ia gunakan untuk menuju sekolah, gerbang SMA Garuda Emas masih terbuka lebar tandanya siswi itu tidak terlambat. Siswi itu bernama Alana Anatasya, perempuan berbadan tak begitu pendek dan tak begitu tinggi pula sedang berjalan memasuki area SMA Garuda Emas sembari membawa papperbag bewarna coklat yang berisi dua kotak makan.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang