Di pinggir jalan besar dengan sungai yang berada di bawahnya, terlihat seorang gadis tengah duduk memeluk kedua kakinya sembari menangis.
Tubuhnya melemas, ia tak tau mengapa dunia harus sekejam ini kepada dirinya? Air mata masih terus menetes membasahi wajah cantik perempuan itu. Senyum yang selalu ia tampakan kini berubah menjadi kesedihan yang terurai deras.
"Kenapa nggak ada yang sayang sama gue? Kenapa semua orang jahat sama gue?" tanyanya sendiri dengan air mata yang terus mengalir.
Tangisan Alana semakin deras saat mengingat semua perilaku Sinta dan Maya pada dirinya. Terkadang ada sebuah ide konyol yang terlintas di benak Alana, bunuh diri.
Tetapi ia tak mau melakukan hal itu, hidupnya masih panjang. Ia masih ada mimpi untuk meraih segala cita-citanya.
Tapi kenapa rasanya begitu berat untuk hidup bersama keluarga Arwan? Sinta bahkan Maya membenci kehadiran dirinya ditengah-tengah keluarga mereka.
Alana bangkit lalu membalikkan posisi tubuhnya. Sebuah sungai yang begitu luas dengan aliran air yang tenang membuat dirinya tertarik untuk melompat kesana.
Pandangannya kosong, ia menarik napasnya merasakan sensasi udara yang menyelusup masuk ke dalam rongga indra penciumannya.
Kelopak matanya terbuka kembali dengan sempurna. Salah satu kaki perempuan itu secara tiba-tiba memilih untuk menginjak tembok pembatas yang memisahkan antara sungai dan jalan besar itu.
Kini Alana sudah berdiri tegap di atas tembok pembatas. Alana menatap langit yang mulai meredupkan cahaya matahari senja yang begitu indah. Namun sayang, semua tak seindah cerita kehidupannya.
Alana menatap ke bawah dengan tangan yang ia kepal dengan kuat.
"KENAPA DUNIA JAHAT!!! KENAPA NGGAK ADA YANG SAYANG SAMA GUE!! GUE CAPEK!!" teriak Alana, menyuarakan isi hatinya.
Alana masih berdiri di atas tembok pembatas dengan rasa sedikit takut akan terjatuh. Tetapi niatnya tak gentar, ia tetap berdiri dengan kokoh.
"Kalau gue loncat langsung mati nggak ya?" tanya Alana berbicara sendiri sambil menatap aliran air sungai yang terus mengalir dengan damai.
Tiba-tiba sebuah motor besar yang tengah melintas terpaksa harus menghentikan lajunya. Lelaki berbadan tegap yang mengendarai motor tersebut langsung membuka helmnya dan berlari cepat menghampiri seorang gadis yang tengah berdiri di tembok pembatas itu.
Dengan cepat tangan kanan lelaki itu meraih tangan kanan perempuan di hadapannya. Hal tersebut, membuat tubuh perempuan itu berputar 180 derajat.
Keseimbangannya pun goyah dan tubuh perempuan itu hendak terjatuh. Dengan refleks kedua tangan lelaki itu menangkap tubuh perempuan itu ke dalam dekapannya.
Bugh!
Tubuh lelaki itu terjatuh dan beradu dengan tanah, dengan posisi perempuan di atasnya. Perempuan itu terdiam di pelukan lelaki yang baru saja menghela napas lega karena ia berhasil menarik tangan seseorang yang hendak bunuh diri.
Alana berusaha membangunkan dirinya dan membuka kelopak matanya. Saat kelopak matanya terbuka sempurna, ia melihat sosok lelaki yang sudah tak asing baginya.
"Tristan? Kenapa dia ada disini?" tanya Alana dalam hati.
Lelaki itu menghela napasnya sekali lagi, Tristan awalnya tidak tau kalau seseorang yang baru ia tolong itu adalah perempuan yang selama ini menyukai dirinya.
Saat mengetahui perempuan itu adalah Alana, Tristan dengan cepat mendorong tubuh Alana secara kasar. Ia bangkit dan merapihkan kembali seragam miliknya yang terlihat sedikit berantakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tan - Lana
أدب المراهقينIni bukan cerita tentang seorang gadis dengan segala keceriaan dan kebahagiaan, ini cerita tentang gadis yang begitu rapuh namun berusaha untuk terlihat tegar didepan semua orang. Alana Anatasya, namanya. Gadis berparas cantik dengan rambut yang...