32. AMARAH

331 47 62
                                    

"WOY TRISTAN KOK LO DI SINI SIH?!!!" seru Rayhan yang baru saja datang. Mereka semua kini tengah berkumpul di Warung Bang Gaul. Rayhan menarik kursi lalu duduk tepat di sebelah Tristan.

"Lah, emang kenapa kalau gue di sini?" tanya Tristan.

"Tau lo aneh banget dateng-dateng nanyanya kagak jelas!" serang Bima agak sewot

"Ya, bukan gitu sih. Cuman, tadi gue liat tuh si Alana pulang bareng sama Ibram," adu Rayhan.

Tristan langsung menoleh ke arah Rayhan dengan tatapan tajam. Ia berusaha mencerna apa yang baru saja di ucapkan temannya itu.

"WAH PARAH BANGET ANJIR, MASA CEWEK LO DI GONCENG COWO LAIN!" seru Tian.

"Yah, Tan. Awas lo hati-hati cewek lo di rebut. Kan cewek lo cantik, pinter lagi." Sekarang giliran Bima yang ikut-ikutan mengompori Tristan.

Terlihat jelas raut wajah Tristan menampakan wajah cemburu, ia tidak terima ketika Alana bersama cowok lain kecuali sahabat dekatnya, Arif.

Soal Arif ia sudah mengerti kalau mereka berdua memang dekat, tetapi kali ini. Bukan masalah Arif melainkan saudara tirinya, Ibram. Cowok itu berani sekali membawa Alana tanpa sepengetahuan Tristan yang notabennya sekarang adalah pacar Alana.

Tristan meraih jaketnya dan bergegas bangkit dari kursinya menuju motor besar yang terparkir di depan Warung Bang Gaul. Tristan mulai menyalakan motor besar miliknya itu dan segera meninggalkan area Warung Bang Gaul dengan kondisi sudah terbakar api cemburu.

***

"Makasih ya, Bram."

Alana baru saja menyerahkan kembali helm hitam milik Ibram yang ia pakai tadi.

"Sama-sama, lo masuk gih. Udah mau ujan juga nih," suruh Ibram pada Alana.

"Iya, gue masuk dulu ya. Lo hati-hati."

Alana berjalan masuk ke dalam rumah, membuka gerbang yang menjulang tinggi. Kemudian beberapa detik setelah Alana masuk, Ibram mulai menyalakan kembali motornya. Ia dengan setia menunggu perempuan itu benar-benar masuk ke dalam rumahnya dengan selamat.

Setelah Alana benar-benar sudah masuk ke dalam rumahnya, Ibram memilih untuk segera pergi dari sana. Entah kenapa ketika berada di dekat Alana, perasaan laki-laki itu selalu tenang dan damai. Terlebih lagi ketika perempuan itu senyum, dunia akan terasa lebih bewarna.

Beberapa menit setelah Ibram pergi dari area rumah Alana, suara motor besar kembali terdengar. Kali ini bukanlah Ibram melainkan Tristan. 

Di depan rumah Alana kini sepi, tak ada Ibram ataupun Alana.

Tristan meraih ponselnya yang berada di dalam saku celana seragamnya. Lelaki itu lalu membuka aplikasi WhatsApp, bola matanya membulat saat melihat banyaknya notifikasi pesan yang dikirimkan Alana beberapa jam yang lalu. Tak hanya pesan saja tetapi beberapa panggilan dari Alana ia lewatkan dengan begitu saja.

Tristan
Lana, udah di rumah?
Lana.
Lana, jawab dong.
Lana, aku di depan gerbang nih, keluar dulu ya.
Lana.
Alana main yuk.

Alana baru saja selesai mandi, ia melihat ponselnya menyala. Alana mendekat ke arah meja belajarnya lalu meraih ponselnya. Sudah terlihat jelas di layar utama ponselnya itu terdapat beberapa pesan yang di kirimkan Tristan.

Seketika ia kembali teringat kejadian tadi pagi yang membuatnya kembali merasakan sesaknya. Alana cemburu, Alana kesal, Alana kecewa kenapa Tristan bisa melakukan itu?

Alana tak membalas pesan Tristan, ia memilih duduk di kursi meja belajarnya sambil menatapi layar ponselnya yang masih menyala dan beberapa pesan bahkan panggilan telpon dari Tristan.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang