29. MY GIRLFREND

361 58 114
                                    

Rasa penyesalan itu selalu datang di akhir, dan rasa penyesalan memang begitu pahit. Tapi entah kenapa, aku suka membuat rasa pahit itu selalu hadir. – Tristan Aldevaro.

Hari ini Tristan dan ke empat temannya sedang berkumpul di sebuah warung yang tak begitu jauh dari area sekolahnya. Warung di belakang sekolah ini selalu dijadikan tempat tongkrongan anak SMA Garuda Emas terkhususnya murid laki-laki.

Terlihat di salah satu meja warung tersebut sosok lelaki dengan seragam yang sengaja ia buka bagian kancingnya tengah mengacak-ngacak rambutnya. Rasa penyesalan dan bersalah sedang menghantui dirinya. Pikirannya kini hanya tertuju kepada perempuan yang selalu ia hina di setiap harinya, padahal disisi lain perempuan itu selalu baik kepadanya.

Perempuan lugu dengan kecerian yang ia miliki seharusnya tidak masuk ke dalam kehidupan Tristan yang terkenal kejam.

"ABANG TRISTAN, MARIMAR AWWW!" Bima datang lalu mempratekan gerakan tiktok dengan lagu tersebut.

Tristan sontak kaget saat Bima mengopek bagian dadanya. Lelaki itu langsung melemparkan pukulan keras mengenai kepala Bima.

"Maaf, Tan. Nggak lagi dah sumpah! Gue normal kok tenang aja," lanjut Bima ketakutan. Ia memilih kabur dari hadapan Tristan yang terlihat sedang tidak baik-baik saja.

"Sakit banget anjir pukulannya," ucap Bima pelan.

"Lo kenapa sih, sob? Diem aja dari tadi," tanya Guntur yang duduk di samping Tristan. "Kalau ada masalah cerita sama gue, jangan sungkan-sungkan."

"Nggak pa-pa," balas Tristan singkat.

"Gue tau, Tan. Muka kayak lo sekarang nih, kayak orang lagi ada masalah. Cuman emang lo nggak mau cerita aja kan?"

"Lo tau sendiri lah, Tur. Temen lo yang satu ini mana mau cerita masalah dia ke kita," sahut Rayhan yang sedang duduk di atas meja menikmati seplastik es teh jus gula batu.

Tristan membenarkan rambutnya, lalu menghela napasnya resah. Rasanya berat sekali ada di posisi sekarang ini.

"Ayolah, lo kalau diem gitu malah makin bertambah beban lo. Mending lo bagiin aja ke kita beban lo," ucap Guntur sedikit memaksa Tristan untuk bercerita.

"Oke, oke. Gue bakal cerita ke lo semua."

"Nah, itu baru temen gue. Gece dah cerita!" suruh Guntur.

Mereka semua terlihat begitu serius menatap Tristan, mereka juga begitu penasaran dengan masalah apa yang sedang lelaki itu alami saat ini.

"Menurut padangan lo semua, Alana tuh gimana?" Tristan bertanya kepada empat temannya.

"Hmm, kalau menurut gue. Alana tuh cantik, baik, pinter pula. Tipe cewek idaman gue banget. Ya, walaupun dia bawel tapi itu nggak menutup kemungkinan buat gue suka sama dia. Bahkan kalau sekarang gue suruh deketin dia, gue gas!!" jawab Rayhan tanpa berpikir panjang.

"Gue setuju sih sama Rayhan. Alana tuh baik banget, udah gitu anaknya sabar banget." Kini giliran Tian berbicara.

"Lo pada liat kan kalau Alana dikasarin ama Tristan? Dia selalu sabar nggak pernah tuh kayak cewek-cewek lain yang langsung berhenti gitu aja. Sorry nih, Tan. Gue ngomong kayak gini, gue mah jujur aja anaknya," lanjut Tian.

"Santai, gue sadar kok kalau sikap gue ke dia kasar banget."

"Lo kenapa tiba-tiba nanyaiin soal Alana? Jangan-jangan lo suka sama tuh cewek?" tebak Bima dengan asal.

Tristan mengangguk. "Ada rasa suka, tapi sedikit. Gue masih ragu aja sama tuh cewek."

"Ya Allah, Tristan. Lo kalau suka bilang aja langsung, dari pada diembat Rayhan duluan. Nanti lo nyesel baru tau rasa," ujar Bima.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang