44. PERTEMUAN

293 55 48
                                    

"Melihat mu menangis, membuat ku sakit. Melihat mu bahagia, membuat ku ikut bahagia." – Ibram Adiwinata.

Perempuan itu masih menangis di bawah hujan deras yang membahasi bumi, dirinya kini terlihat sangat kecil, tak ada lagi yang memperdulikannya.

"Kenapa semua orang jahat sama gue? Kenapa gue nggak bisa bahagia seperti orang lain?? kenapa??" tubuh Alana melemas, dirinya pun akhirnya terjatuh.

"Tristan, cowok yang gue harapkan sekarang malah milih cewek lain dibanding pacarnya sendiri!"

"Gue benci hidup gue, kalau bisa mendingan gue mati detik ini juga!"

Cahaya mobil dari arah kanan membuat Alana menoleh, mobil itu melanju dengan kencang. Perempuan yang terpaku hanya diam saja, ia tidak berpindah tempat sekalipun.

"AAAAAAAAA!"

Terpaksa saat menyadari ada orang di depannya, pengemudi mobil itu mengerem secara mendadak dan membanting stirnya.

Pengemudi itu menghela napas lega, ia memfokuskan pandanganya ke sosok perempuan yang hampir ia tabrak. Saat melihat perempuan itu, ia merasa tak asing lagi dengan bentuk rambutnya, badannya, serta pakaian seragam sekolah yang perempuan itu kenakan.

Lelaki itu dengan sigap turun dari mobil dengan membawa payung.

"Alana?"

Merasakan kehadiran seseorang di sampingnya, Alana memilih untuk menoleh. "Ibram?"

"Lana, lo ngapain disini?" tanya Ibram. "Terus kenapa lo duduk disini? Bangun nanti lo sakit!"

Ibram membantu Alana untuk berdiri dan segera menuntun tubuh perempuan itu untuk menepi.

Alana duduk di tempat semula, Ibram pun memilih duduk dan menatap Alana dengan serius.

"Gue hampir aja nabrak lo," ucap Ibram.

"Maaf, ya, Bram." Alana menunduk menyembunyikan kesedihannya.

"Lagian lo ngapain malem-malem gini masih pake seragam terus duduk di jalan hujan-hujan lagi??"

Alana hanya diam, ia memilih tak menjawab pertanyaan Ibram.

"Lo kedinginan, ya?" tanya Ibram. "Tunggu sebentar, gue ambil jaket gue di dalam mobil." Ibram dengan cepat berlari ke arah mobilnya yang terparkir di depan halte tersebut.

Lelaki itu ternyata sigap juga dalam melakukan sesuatu pekerjaan.

"Pake jaket gue biar lo nggak kedinginan."

Alana tersenyum. "Nggak usah, Bram. Makasih, ya," ucap Alana menolaknya.

"Gue nggak terima penolakan, Lan," ucap Ibram, lelaki itu tidak suka basa-basi. Ibram memilih untuk memasangkan sendiri jaket miliknya pada tubuh perempuan di hadapannya. "Gue nggak mau lo sakit, kalau lo sakit gue nggak bisa ngeliat senyum manis lo."

"Tanpa jaket lo, gue nggak pa-pa kok, Bram."

"Tapi gue tanpa lo, bakal kenapa-kenapa." Ibram memperhatikan sekitar, pandangannya lalu tertarik dengan dua tas hitam besar yang berada di samping Alana.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang