Pukul setengah dua dini hari, terlihat sebuah mobil mewah yang baru saja sampai di depan rumah berlapis cat putih dengan pagar hitam yang menjulang tinggi. Mobil mewah bewarna hitam itu adalah mobil milik Arwan, sang adik ipar dari Alm. Husein–pemilik asli rumah mewah itu.
Arwan hari ini melewati banyak sekali pekerjaan yang membuatnya cukup lelahan. Selain pekerjaan di kantornya yang cukup banyak, ia juga harus menempuh perjalanan yang cukup jauh lama untuk sampai ke rumahnya.
Arwan keluar dari mobil, lalu lelaki dengan jas hitam yang masih terpasang mendekat ke arah gerbang. Ia membuka gerbang itu seorang diri karena satpam yang bertugas menjaga hari ini izin pulang ke kampungnya karena anak beliau tengah sakit.
Setelah pagar itu terbuka lebar, Arwan kembali masuk ke dalam mobilnya. Ia segera menjalankan mesin mobil hitam itu masuk ke dalam area rumah.
Arwan memarkirkan mobil miliknya di tempat biasa ia memakirkan mobil, setelah terparkir ia segera menutup kembali pintu gerbang yang masih terbuka lebar.
Terlihat sepi, itulah yang menggambarkan keadaan rumah megah berlapis cat putih. Bahkan, lampu-lampu kini sudah tak ada lagi yang menyala.
"Pantes aja rumah gelap kayak goa gini, orang Bi Inah izin pulang ke rumah ibunya." Arwan baru saja membaca pesan dari Bi Inah yang sudah dikirim sejak tadi siang.
Arwan memasukan kembali ponselnya ke dalam saku, ia segera bergegas masuk ke dalam rumah. Saat membuka pintu depan rumah itu, ia sempat terkejut saat tau bahwa pintu depan tidak dikunci sama sekali.
"Ini pasti Sinta lupa buat ngunci pintu," katanya Arwan dalam hati.
Keadaan di dalam rumah sangat gelap, tak ada sama sekali lampu yang menyala. Lalu dimana Sinta dan Maya? Apakah mereka sudah tidur?
Arwan mendekat ke arah saklar, ia kemudian menyalakan saklar tersebut. Seperkian detik kemudian lampu-lampu yang megah itu mulai menyala satu persatu menerangi ruangan.
Merasa tenggorokannya kering, Arwan segera bergegas ke arah dapur. Ia tanpa berpikir lama langsung mengambil sebuah gelas lalu ia tuangkan air putih ke dalamnya.
Setelah merasa lebih segar, Arwan berniat untuk duduk di sofa ruang tamu. Tetapi, niatnya tiba-tiba terhenti saat dirinya melihat dengan jelas ada bayangan hitam yang masuk ke dalam ruang kerjanya.
Kini, Arwan dihadang rasa penasaran. Ia bertanya-tanya, apakah itu manusia atau hanya halusinasinya?
Arwan memilih mendekat dengan langkah yang begitu pelan. Ternyata benar, saat Arwan sampai di dekat ruang kerjanya. Ia melihat pintu ruangan tersebut terbuka lebar. "Perasaan tadi pagi udah dikunci, kenapa bisa kebuka kayak gini?"
BRAK!
Suara guci yang baru saja terjatuh ke lantai membuat Arwan menoleh. Ia terkejut saat melihat dua orang memakai baju hitam dengan topeng tengah berdiri berhadapan dengannya. Salah satu dari mereka membawa sebuah kotak persegi yang biasa digunakan untuk menaruh uang, itu adalah koper milik Arwan.
"Siapa kalian??!!" seru Arwan.
Kedua orang itu terlihat panik saat Arwan menyadari keberadaan mereka di rumah ini.
Sial! Rumah ini ternyata kemasukan maling!
"Cabut."
Sayang sekali saat mereka hendak berlari mengarah pintu keluar, Arwan sudah terlebih dahulu melemparkan sebuah tongkat baseball ke arah salah satu dari kedua orang itu. Lemparan Arwan sangat tepat, tepat mengenai kaki satu dari kedua maling tersebut.
Arwan sigap berlari menghampiri kedua maling itu. Arwan dengan kasar menarik baju maling yang terjatuh ke lantai.
BUGH!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tan - Lana
Novela JuvenilIni bukan cerita tentang seorang gadis dengan segala keceriaan dan kebahagiaan, ini cerita tentang gadis yang begitu rapuh namun berusaha untuk terlihat tegar didepan semua orang. Alana Anatasya, namanya. Gadis berparas cantik dengan rambut yang...