27. GUNTUR & KEJORA

319 53 69
                                    

Alana baru saja sampai di rumahnya, ia pulang sendirian tanpa bertemu dengan teman-temannya. Ponsel miliknya pun mati, jadi ia tidak bisa menghubungi mereka.

Saat dirinya tengah berjalan menuju teras, tak sengaja ia melihat Maya bersama Tasya dan Erika tengah duduk di salah satu kursi.

Kedatangan Alana langsung disambut ketiga perempuan licik bak ular yang kini tengah berjalan menghampiri Alana dengan tersenyum.

"Hai, Alana! Gimana sama Diaz? Enak, kan?" tanya Maya, tertawa.

Alana terdiam, ia sejenak berpikir. Darimana Maya tau akan kejadian itu? Padahal disana cuman ada dirinya, Diaz, dan Tristan saja.

"Kenapa benggong cantik? Masih ke enakan ya dipake sama Diaz?"

Ketiga perempuan itu tertawa bahagia saat melihat wajah Alana yang seperti orang kebinggungan.

"Kok lo semua bisa tau?" tanya Alana.

"Hahaha, tau lah. Ini kan ide kita," jawab Maya disambut gelak tawa Tasya dan Erika.

"Gimana enak?" tanya Tasya.

"Sakit nggak?"

Alana tidak terima, ia rasanya ingin sekali mecabik-cabik ketiga perempuan ini.

"Kenapa lo semua jahat banget sih?" tanya Alana.

"Gue nggak jahat, Alana. Justru lo yang jahat." Maya mendekat ke arah Alana. "Lo jahat ngambil semua perhatian Papa dan juga Tristan, lo tau? Tristan adalah cinta pertama gue di SMA, sayangnya dulu dia nolak gue. Sekarang gue nggak akan tinggal diam kalau ada yang mau coba deket-deket sama dia, apalagi orangnya kayak lo!"

Plak!

Selesai ucapan Maya selesai tamparan keras menyabutnya. Alana menjatuhkan tamparan itu tepat pada pipi kanan Maya, ini adalah pertama kalinya seorang Alana berani menampar Maya.

"Berani juga lo sama gue!!?"

"MAYA SAKIT!!!"

Maya baru saja menjambak rambut Alana untuk kesekian kalinya, Tasya dan Erika juga membantu menahan tubuh Alana hingga Alana hanya bisa berteriak kesakitan dan tidak bisa melawan.

"Ini pembalasan buat cewek murahan kayak lo!"

"Non Lana, Non Maya. STOP!!!"

Teriakan Bi Inah yang baru saja datang dari arah garasi membuat Maya melepaskan tangannya pada rambut Alana.

Bi Inah langsung menarik tubuh Alana agar menjauh dari Maya dan kedua temannya. Bi Inah menatap Maya dengan marah, ia sudah muak dengan sikap Maya yang selalu kasar dengan Alana.

"Non Maya, mau saya aduin ke tuan Arwan?!?" kata Bi Inah sedikit mengancam.

"DIAM LO PEMBANTU NGGAK USAH IKUT CAMPUR!" bentak Maya.

"Nggak pa-pa saya pembantu, daripada Non Maya yang anaknya bos tapi kelakuannya kayak pembantu!"

Ucapan Bi Inah berhasil membuat Maya terpojok. Tasya dan Erika dengan refleks tertawa kecil. Ini pertama kalinya bagi mereka berdua melihat seorang anak majikan dihina oleh pembantunya sendiri.

"Lihat kan temen Non Maya aja ketawaiin Non Maya, berati bener. Non Maya lebih cocok jadi pembantu dibanding saya!" ujar Bi Inah lalu pergi dengan membawa Alana masuk ke dalam rumah.

Maya menatap Tasya dan Erika dengan tajam membuat keduanya yang sedari tadi tertawa terpaksa harus berhenti.

"Pulang lo berdua!"

***

Pagi ini Alana sudah berada di ruang makan bersama Arwan. Mereka tengah menikmati sepiring nasi goreng dilengkapi kornet dan telur mata sapi setengah matang. Keharmonisan keduanya terjalin begitu dekat.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang