8. RASA BENCI

396 62 90
                                    

"Turun!"

Perintah seorang lelaki memakai seragam sekolah dengan di lengkapi jaket hitam berlambang Garuda di bagian belakangnya. Pemuda itu tengah membawa seorang gadis berambut dikuncir yang kini tengah bersandar di pundaknya.

"Turun!" perintahnya sekali lagi. Cowok itu adalah Tristan, Tristan melirik menggunakan ekor matanya dan mendapati seorang gadis sepertinya sedang tertidur. Karena ingin memastikan, Tristan akhirnya memilih melihat menggunakan kaca spion motornya. Ternyata benar, gadis di belakang nya itu tengah tertidur pulas.

"Kalau di lihat-lihat ni cewek walaupun bawel, ganjen sama gue tapi lucu juga kalau di lihat-lihat," gumam nya sendiri dalam hati.

Tanpa sadar lekukan di bibir Tristan tercipta saat melihat wajah gadis bernama Alana tengah tertidur pulas di punggungnya. Ia tak tega membangunkannya. Jadi, ia memilih untuk menunggu gadis ini terbangun dengan sendirinya.

Mereka berdua sedang berada di sebuah taman yang letaknya sudah jauh dari café yang mereka datangi tadi. Tristan tak tau alamat dimana Alana tinggal, lagipula cewek itu bukannya memberi tau malah tidur di pundaknya.

"Woy!! Bangun!!" bentak Tristan di iringi goyangan tubuhnya yang membuat Alana terganggu. Akhirnya, Alana terbangun. Dirinya terkejut saat mendapati tatapan mata Tristan yang sedang menatapnya tajam lewat kaca spion.

"Kok disini sih?" tanyanya binggung.

"Turun!" suruh Tristan.

"Ih Tristan kok tega nurunin Alana disini?!" keluh Alana.

"Gue nggak mau nganterin lo!"

"Tapi tadi Tristan udah janji sama Guntur, mau nganterin Alana!" seru Alana. "Janji itu hutang loh!" ingat Alana.

Tristan menghela nafas berat, ia malas sekali sebenarnya mengantar cewek ini. Udah gitu kerjaannya sedari tadi hanya tidur yang membuat punggungnya kini terasa pegal.

"Ya, udah. Rumah lo dimana?" tanya Tristan sedikit jutek.

"Di bangunan," jawab Alana bercanda.

"Gue nggak ada waktu bercanda ya!"

"Yaelah, kaku amat si bang!"

"Cepet atau gue turunin lo!"

"Ih jahat banget sih Tristan!" teriak Alana.

"Berisik banget si mulut lo!" jutek Tristan.

"Maaf," ucap Alana. "Ya udah jalan, dikit lagi juga sampai. Noh Tristan liat kan di depan ada portal, nanti masuk ke sana," lanjut Alana menunjuk sebuah portal yang dimana itu adalah jalan menuju komplek perumahannya.

Tristan dengan cepat menyalakan kembali motornya, keinginannya saat ini sangat simple. Ingin Alana tak ada di sampingnya, tetapi berbeda dengan Alana. Alana justru ingin sekali berada di samping Tristan lama-lama, kan kapan lagi bisa tidur di punggung Tristan? Kesempatan nggak akan datang dua kali.

Tak lama bagi seorang Tristan Aldevaro si cowok kasar dengan parasnya yang begitu mempesona bak Dewa mengendarai motornya. Tristan sudah terlalu jago membawa motor gede bewarna hitamnya yang ia beri nama Si Blacky. Motor itu adalah motor hadiah ulang tahun Tristan dari Alm. Kakek dan Neneknya saat usianya genap 16 tahun.

Motor hitam besar milik Tristan baru saja tiba di depan sebuah rumah besar. Itu adalah rumah Alana, Tristan memperhatikan rumah bewarna putih besar di depannya. Pagar hitam yang besar menutupi rumah putih itu dengan begitu sempurna. Tak hanya sempurna bagunannya saja tetapi halaman rumah itu sangat bersih bahkan di depan rumah putih besar itu tak ada sama sekali sampah atau dedaunan yang berserakan.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang