23. LABRAK

322 57 69
                                    

Alana masih berlari dengan derai air mata yang masih membahasi wajahnya. Nafasnya pun mulai terengah-engah.

Saat dirinya sampai di dalam kelas, perempuan ini langsung berlari ke arah kursinya. Kelas kini kosong, tak ada Kejora bahkan yang lainnya.

Alana melipat kedua tangannya di atas meja dan menaruh kepalanya di atasnya. Ia masih menangis merasakan sakit yang begitu dalam karena ucapan Tristan.

Tak lama setelah Alana tiba, keempat temannya datang dan masuk ke dalam kelas. Mereka berempat terhenti saat melihat Alana tengah tertidur di atas lipatan tangan.

Kejora, Delima, Sisi, dan Arif menghampiri meja Alana. Melihat gadis itu hanya terdiam saja membuat beberapa pertanyaan dibenak mereka masing-masing mulai berputar.

"Alana?" panggil Kejora.

Alana mendengar suara kejora, dengan cepat ia menghapus air mata pada wajahnya. Menarik napas dan menghelanya.

"Lo kenapa? Kok kayak abis nangis?" tanya Delima.

"Lo nangis Lan?" Arif memajukan wajahnya dan melihat ada beberapa bekas percikan air pada wajah Alana. Dan satu hal yang terlihat jelas yaitu mata Alana yang memerah.

"Enggak kok, ini kelilipan." Alana mengelak, ia tidak mau sahabatnya tau kalau sebenarnya ia habis menangis.

"Nggak usah bohong, Lan. Lo abis nangis kan?!" timpal Kejora. "Siapa yang bikin lo nangis? Tristan?" tebak Kejora asal.

"Ih nggak gue nggak nangis kok sumpah." Alana memberikan tanda peace pada sahabatnya.

"Lan, lo nggak usah berusaha nutupin kesedihan lo! Lo punya kita, kenapa lo lebih memilih untuk menyembunyikannya?" ucap Arif. "Lo sendiri kan yang bilang, menceritakan hal yang membuat hati resah dengan orang terdekat pasti bakal lebih ringan. Sekarang lo cerita sama kita," lanjut Arif menasehati Alana.

Alana menghela napasnya. "Gue abis berantem sama Tristan," ucap Alana.

"Kan bener tuh cowok emang perlu gue kasih pelajaran!" geram Kejora.

Kejora mengambil langkah dengan cepat bergegas pergi keluar kelas. Ia ingin menemui Tristan dan memberikannya pelajaran. Bisa-bisanya lelaki itu menyakiti perasaan sahabatnya.

"Kejora lo mau kemana??" tanya Delima tak digubris Kejora yang sudah berlalu. "Ih, Arif lo kejar Kejora!!" suruh Delima.

Arif sontak mengikuti arahan Delima, ia berlari mengejar Kejora yang sudah keluar lebih dahulu.

"KEJORA!!"

"KEJORA!!"

Arif terus berteriak memanggil nama perempuan itu, namun Kejora tak menghiraukan teriakan Arif. Ia dengan rasa tidak terima langsung begitu saja masuk ke dalam kelas Tristan, XII IPA 4.

Kemunculan Kejora yang masuk secara tiba-tiba membuat murid yang berada di dalam kelas berdecak kaget. Karena tanpa basa-basi Kejora langsung menghampiri meja Tristan.

"Lo apaiin Alana?" tanya Kejora saat sampai di hadapan Tristan. Perempuan ini terlihat sangat menyeramkan kali ini.

Tristan menoleh dan melihat wajah gadis di hadapannya seperti orang marah. Tristan berdiri dari kursinya dan diikuti oleh Guntur, Rayhan, Tian, dan Bima.

"Jawab gue, lo apaiin Alana sampe dia nangis??" tanya Kejora sekali lagi.

"Lo apa-apaan sih?!! dateng-dateng marah-marah nggak jelas!" protes Tian langsung di hadiahi tatapan tajam Kejora.

"Nggak usah ikut campur lo! Ini bukan urusan pengecut kaya lo!" cela Kejora untuk Tian.

Tian bungkam dan memilih diam. Kejora lalu memfokuskan kembali pandangannya pada Tristan. Tristan pun menatap sedikit malas pada gadis ini.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang