48. BUTA

422 52 69
                                    

Langkahnya terhenti, menoleh ke arah kanan ada sebuah truk besar yang tengah melaju dengan kecepatan tinggi, kedatangan truk tersebut berbarengan dengan Tristan yang baru saja menarik tubuhnya untuk menjauh.

BRAK!!

Sang pengemudi truk itu dengan reflek membanting stirnya ke kanan, yang membuat truk yang ia kendarai menabrak sebuah tiang yang berada di samping halte. Kaca dari truk tersebut pecah dan berhamburan kemana-mana.

Tubuh Tristan terlempar bersamaan dengan Alana ke pinggir jalan, seketika keadaan menjadi sangat ramai. Tak lama setelah itu, semua kembali dikejutkan dengan teriakan lelaki yang cukup keras.

"SAKITTTTTTTTTTTT!!!!"

Mendengar Tristan menjerit kesakitan, Alana yang tertidur pula di jalan itu langsung berdiri dengan beberapa luka yang berada pada lengan dan kakinya akibat gesekan dengan aspal.

"TRISTAN, TRISTAN KAMU KENAPA????" tanya Alana begitu khawatir.

"SAKITTTTT, LAN!!!!" lirih lelaki itu sambil memegangi kedua matanya.

Bola mata Alana membulat sempurna, tubuhnya lemas saat melihat darah segar mengalir deras dari kedua Tristan.

"Tristan mata kamu berdarah!!!!"

"SAKITTTT!!!!! AARRRGHHHH!!! teriak Tristan semakin hebat.

Tristan hanya berteriak kesakitan, membuat Alana semakin panik. Alana dengan cepat berdiri, dan memberhentikan salah satu taxi yang kebetulan tengah melintas di jalan itu.

Alana membawa tubuh Tristan dengan cara membopongnya dibantu oleh pemudi ojek online, perempuan itu tidak lagi memikirkan amarahnya, yang ia pikirkan sekarang adalah keselamatan Tristan.

***

Suasana kini berubah menjadi mencekam dan begitu menegangkan dirasakan oleh Alana yang sedang menunggu dengan penuh rasa cemas di depan ruang operasi.

Alana sudah menghubungi Guntur dan yang lainnya. Sahabat-sahabatnya terutama Kejora pun sudah ia hubungi. Kemungkinan mereka akan sampai dalam beberapa menit lagi.

Alana sedari tadi hanya berdiri di dekat pintu dengan kedua tangan yang ia remas kuat-kuat tak lupa air mata khawatir yang mengalir membasahi wajahnya. Sungguh, ini semua adalah salah dirinya. Coba saja dirinya tidak meninggalkan Tristan di depan sekolah, mungkin kejadian ini tidak akan terjadi.

Suara langkah lari dari sebelah kanan mulai terdengar membuat Alana menoleh, ia melihat Kejora bersama Guntur dan yang lain baru saja tiba. Kejora yang berlari di depan langsung memeluk perempuan yang langsung menangis dipelukannya.

Sisi, Delima, dan Arif pun langsung menghampiri Alana dan mencoba menenangkan perempuan itu.

"Lan, kenapa bisa kayak gini?" tanya Guntur.

Alana hanya diam, ia masih menangis di dalam pelukan Kejora.

"Duduk dulu, Lan," ucap Kejora membawa tubuh Alana untuk duduk di salah satu kursi.

"Tenang dulu ya, Lan," ucap Arif mengelus tangan Alana.

Alana masih menangis, perempuan itu tidak tau harus apa selain menangis menyesali tindakannya yang meninggalkan Tristan karena hanya emosinya saja.

"Ceritain sama kita Lan, kenapa Tristan bisa kecelakaan?" tanya Guntur.

Alana menatap Guntur, lelaki itu terlihat begitu serius menatapnya.

Alana menghela napas. "Tristan tadi ngejar gue, terus dari arah lain ada truk. Gue awalnya pengen ngindar tapi kaki gue berat untuk ngelangkah, terus Tristan dari kiri narik tubuh gue buat ngejauh bersamaan dengan tubuh dia. Nah, dari situ gue nggak tau kenapa Tristan tiba-tiba teriak dan darah keluar dari matanya."

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang