Keadaan kantin sudah begitu ramai, meja-meja kantin sudah ditempati oleh murid-murid dari berbagai kelas. Seperti biasa, Delima lah yang selalu bertugas mencari meja kosong. Ia memperhatikan ke segala arah dan menemukan meja kosong. Tapi, meja itu berada di sebelah meja Tristan dan teman-temannya.
"Gimana? Ada meja kosong nggak?" tanya Sisi. "Kalau nggak ada kita makan di UKS aja, gue lagi bawa kuncinya nih."
"Ada si, cuman mejanya sampingan sama Tristan," jawab Delima.
"Nggak pa-pa kalau gitu mah, sekalian gue mau ngeliat muka adem si Guntur." Sisi senyum-senyum sendiri saat mengingat wajah Guntur yang begitu tentram.
"ENAK AJA! NGGAK KITA MAKAN DI UKS AJA!!" seru Kejora, dengan nada keras membuat semuanya terlonjak kaget.
"Lo kenapa Ra? Suka ya sama Guntut?" tebak Sisi. "Awas aja lo sampe suka sama Guntur, dia punya gue!"
"Gue suka sama cowok kayak gitu? Nggak mungkin."
"Nggak ada yang nggak mungkin, hati-hati kemakan omongan sendiri."
"Udah-udah jangan pada berantem. Kita duduk aja di meja itu, nggak pa-pa sebelahan sama Tristan."
Karena Alana setuju, semua pun terpaksa setuju. Lagipula kalau makan di UKS mereka harus kerja dua kali. Membawa piring bakso ke atas dan membawanya kembali ke warung Bu Gendut.
Saat sampai di depan meja warung Bu Gendut mereka berempat memesan menu yang sama katanya biar gampang aja sih dan tentunya lebih cepat.
Tak lama, Bu Gendut datang dengan membawa pesanan mereka. Kejora meraih nampan berisi empat mangkuk bakso dan Alana meraih satu nampan lagi yang berisi air minum. Lalu mereka berempat berjalan beriringan menuju meja yang letaknya sebelahan dengan meja Tristan.
Alana berjalan di paling belakang dengan tangan yang sedikit gemeteran membawa nampan berisi gelas es jeruk pesanan dirinya dan teman-temannya. Saat tengah berjalan tiba-tiba sepatu Alana menjadi licin lalu beradu dengan lantai yang keadaannya pun licin saat itu.
Alana terkejut dan tak sengaja nampan yang ia pegang terlempar. Alana jatuh ke lantai dan sedikit merintih.
Semua pasang mata langsung tertuju pada Alana. Delima, Kejora dan Sisi yang berjalan di depan Alana pun menoleh, mereka melihat Alana yang sudah terjatuh.
Lalu kemana nampan itu pergi? Nampan itu terlempar lalu jatuh mengenai murid perempuan yang tengah berjalan bersama dua temannya tepat di belakang Alana.
Seragam murid perempuan itu basah, ia melihat empat gelas plastik yang baru saja mendarat di kepalanya. Maya, murid perempuan yang baru saja terkena air bewarna oren dengan aroma jeruk.
Maya melihat murid perempuan yang tengah berusaha berdiri di hadapannya. Maya dengan cepat menghampiri murid perempuan itu.
Tangan kanannya menarik rambut murid perempuan itu dan membalikan tubuhnya. Maya mendapati Alana, ternyata orang yang terkena tumpahan air itu adalah Maya. Gawat!
"Mampus!" seru Delima.
Semua mata langsung tertuju pada Maya dan Alana. Dua gadis yang memiliki dua kepribadian yang berbeda kini tengah bertatapan dengan tangan Maya yang masih menarik rambut Alana.
Bima sontak berdiri dari kursinya dan sedikit mengintip, ia melihat tubuh ideal Maya yang terlihat begitu jelas. "Biasa Maya itu mah, lo kenal lah dia gimana," ujar Bima, saat sudah mengetahui apa penyebab keramain di kantin.
"Weh itu Alana ama Maya njir!" seru Rayhan.
"Sakit lepasin!" teriak Alana.
Awalnya Tristan mengabaikannya. Tetapi saat mendengar teriakan Alana kesakitan membuatnya langsung berdiri, berjalan menghampiri kerumunan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tan - Lana
Fiksi RemajaIni bukan cerita tentang seorang gadis dengan segala keceriaan dan kebahagiaan, ini cerita tentang gadis yang begitu rapuh namun berusaha untuk terlihat tegar didepan semua orang. Alana Anatasya, namanya. Gadis berparas cantik dengan rambut yang...