42. KEPERCAYAAN

244 44 98
                                    

Alana terus mencari keberadaan Maya dan kedua temannya, ia sudah menanyakan keberadan Maya pada teman sekelasnya dan Alana mendapatkannya.

Kantin, suasana kantin kini cukup ramai. Saat Alana tiba di kantin semua mata tertuju padanya, perempuan itu tidak memperdulikan tatapan sinis dan ucapan-ucapan negatif tentang dirinya.

Matanya menemukan target yang ia cari, di sudut kantin Alana melihat Maya bersama Erika dan Tasya tengah duduk.

Tak perlu basa-basi, Alana langsung berjalan dengan langkah yang lebih cepat menghanpiri meja Maya.

Di meja itu, Maya tengah asik tertawa puas bersama Tasya dan Erika, sepertinya mereka tengah menertawakan kejadian yang sedang ramai di sekolah.

Sambil berjalan menghampiri meja Maya, Alana dengan beraninya melemparkan gumpalan kertas yang ia pegang ke arah Maya.

Lemparan itu tepat sasaran mengenai pucuk kepala Maya.

"Awww," lirih Maya, menoleh.

Ia melihat Alana dengan rawut marah menghampirinya.

"MAKSUD LO APA, MAY?!!!" bentak Alana.

Maya mengambil gumpalan kertas yang baru saja Alana lemparkan kepadanya, lalu perempuan itu menatap Alana dan berdiri dari duduknya.

"Lo fitnah gue, lo nyebarin foto-foto gue di mading sekolah!" seru Alana. "Tega banget lo sama gue!! Gue perasaan nggak pernah jahat sama lo, May. Tapi kenapa? Kenapa lo selalu jahat sama gue?!!!" suara Alana yang meninggi membuat semua murid yang berada di kantin mulai terusik dan menoleh ke arah sumber suara.

"Oh, jadi lo udah liat?" Maya tersenyum licik. "Bagus, deh. Kalau lo udah liat, jadi lo bisa sadar. Kalau lo itu pembunuh, pembunuh Papa gue!"

Maya mendekat ke arah Alana. "Dan satu lagi, sekarang semua orang udah tau siapa lo. Alana cewek murahan."

"Jaga ucapan lo!" Alana menujuk wajah Maya dengan telunjuknya. "Di foto itu bukan karena kemauan gue. Tapi lo yang jebak gue bareng dua ular pengikut lo!"

"Eh, cewek murahan! Jaga ucapan lo!" sarkas Erika.

"Tau, lo. Seharusnya lo tuh malu, udah tinggal bareng Maya pake bunuh Papanya Maya pula," sambung Tasya menyalahkan Alana.

Keributan antara Alana, Maya, Erika, dan Tasya menarik simpati semua murid yang berada di kantin. Seketika kantin menjadi sangat ramai, mereka berkumpul menjadi sebuah krumunan melingkari Maya dan Alana. Beberapa murid yang baru berdatangan juga langsung menghampiri krumunan tersebut karena rasa penasaran.

"Gue nggak pernah bunuh Papa lo. Dia juga Papa gue, dan ngga mungkin gue bunuh dia!" tekan Alana membela dirinya.

Perempuan di hadapannya semakin tidak terima, perempuan itu kemudian mendorong tubuh Alana hingga kepala Alana beradu dengan salah satu bangku yang berada di belakangnya.

"Mampus! Itu pantes buat lo, pembunuh!!"

Tak mau terlihat lemah untuk kali ini, Alana langsung bangkit. Ia dengan beraninya membalas perilaku Maya.

"AWWWW," lirih Maya. Tangan perempuan itu terluka akibat dorongan tangan Alana yang begitu kuat, darah segar keluar dari telapak tangannya.

Tak lama dari kejadian itu Tristan datang dan langsung menerobos masuk ke dalam lingkaran manusia. Lelaki itu melihat Maya yang berada di tanah dengan luka yang berada di tangannya.

Satu hal yang sungguh tidak masuk akal, lelaki itu bukannya menghampiri kekasihnya malah menghampiri perempuan lain yang berada di hadapan kekasihnya itu.

Tan - LanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang