43. Nana dan Lala

317 53 17
                                    

Selamat Membaca!!!

*

*

*

*

****
"Nih obatnya diminum!" ucap Wonyoung, memberikan satu pil obat dan segelas air putih kepada Haruto.

Haruto menerimanya dengan wajah ragu, sebenarnya dia bukan orang yang dapat menelan obat dengan mudah, biasanya obatnya dibuat bubuk dulu baru bisa dia telan. Kemarin saja dia minta Bibi Jung untuk menghaluskan obat untuknya.

"Ngapain obatnya diliatin? Entar salting," tegur Wonyoung.

Dengan sangat enggan, Haruto memasukan obat itu ke dalam mulutnya, kemudian ia cepat-cepat menelannya dengan dibantu air putih. Namun gagal, obatnya keluar lagi.

"Ugh... pahit," keluh Haruto. Dia mengambil sehelai tisue lalu melepeh obatnya.

"Kok gak lo telen?" tanya Wonyoung.

"Obatnya kegedean, gua gak bisa nelennya."

Mulut Wonyoung ternganga, dia tidak menyangka laki-laki sesangar Haruto ternyata tidak bisa menelan obat.

"Ya terus gimana?" tanya Wonyoung.

"Harus dibuat bubuk dulu."

"Emangnya lo anak paud apa? Mulai sekarang, lo harus belajar nelen obat. Dibubuk justru makin pahit, sumpah gua gak bohong," bujuk Wonyoung, ia memberikan obat baru lagi. "Nah sekarang ayo coba lo telen, gak usah ragu! Pasti langsung masuk kok."

"Nggak mau."

"Iiih ayoo...!"

"Coba obatnya dipotong jadi dua!" usul Haruto.

Wonyoung menghela nafas lelah. "Oke deh," ucapnya. Dia berusaha memotong obat itu menggunakan gunting. "Ugh keraas...."

"Ck coba sini gua," ujar Haruto, dia merebut obat itu dan berusaha memotongnya, ternyata memang keras. Tapi jangan lupakan seorang Haruto yang memang kuat, obat itu tetap berhasil terpotong menjadi dua. Dia lalu meminum satu persatu potongan obat itu.

"Lo lupa apa, itu obat udah kita pegang-pegang terus. Pasti banyak bakteri yang nempel," ucap Wonyoung.

"Nggak pa-pa, bakteri di tangan gua bakteri baik," kata Haruto bodo amat.

"Yayaya terserah."

Beberapa menit kemudian Haruto mulai terlihat mengantuk. Dia membaringkan tubuhnya ke atas kasur.

"Gua tidur dulu ya," ujarnya, lalu beberapa menit kemudian dia tertidur.

"Lah terus gua di sini harus ngapain bambang?" celutuk Wonyoung terbengong-bengong. "Gua tinggal ke kelas aja kali yah? Tapi kalau entar dia bangun-bangun terus marah-marah gimana? Aduh gua jadi bingung."

Alhasil Wonyoung hanya duduk bengong saja di sana seperti orang bego. Sampai jam istirahat datang. Karena saat bel berbunyi Haruto langsung bangun.

"Apa Mamah buatin kita bekel?" Itulah kalimat pertama yang Haruto ucapkan setelah bangun.

"Oh iya gua lupa bawa bekelnya. Habisnya tadi pagi gua buru-buru karena lo bawel mulu suruh gua cepet-cepet siap buat berangkat sekolah," ucap Wonyoung sambil menepuk jidatnya.

"Ya udah kita ke kantin!"

"Emang lo udah sembuh?"

"Udah."

Friendship and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang