48. Selamatkan Dia!

401 53 41
                                    

Selamat Membaca!!!

*

*

*

*

* * * *

"Wonyoung, ada urusan apa ke sini?"

Wonyoung tidak langsung menjawab, ia sibuk mengatur nafasnya yang tidak beraturan karena tadi berlari.

"Jungwon, kita perlu bicara," ucap Wonyoung.

"Oke. Ayo duduk dulu!" ucap Jungwon. Laki-laki itu duduk di teras rumahnya.

Wonyoung segera duduk di sebelah Jungwon.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Jungwon lembut.

Wonyoung menelan ludah gugup, dia memandang langit yang berwarna jingga, tanda malam akan segera tiba. Dia bingung harus mengatakan mulai darimana.

"Wonyoung!" panggil Jungwon.

"J-Jungwon... ini tentang jawaban gua atas pertanyaan lo saat di alun-alun waktu itu," ucap Wonyoung, dia menatap Jungwon intens. "Jungwon, sejak kita kelas sepuluh gua sadar... kalau gua suka sama lo..." Wonyoung berhenti, dia menghela nafas panjang, "tapi selama beberapa hari ini, gua nggak paham sama hati gua sendiri. Tadinya gua pikir gua masih suka sama lo, cuma lo. Tapi hati gua berkata bahwa pikiran gua salah. Gua berpikir dan merenung lama, mencari jawaban atas perasaan gua yang sebenarnya. Berkat bantuan Jihan, akhirnya gua tau jawabannya."

Wonyoung kembali menghela nafas panjang. "Jungwon...."

"Nggak usah dilanjutin!" potong Jungwon, wajahnya tampak mengeras. Laki-laki itu membuang muka. Dengan ini Wonyoung paham, Jungwon sudah tahu apa yang akan dikatakan Wonyoung.

Air mata mulai keluar dari kedua mata Jungwon. "J-Jungwon, maafin gua," isaknya.

Jungwon masih memalingkan muka, tubuh laki-laki itu bergetar. "Lo suka sama Haruto?" tanyanya.

Jungwon membelalakan matanya, lalu dia menundukkan kepala dalam. "Iya," jawabnya lirih.

"Sejak kapan?"

"Gua... gua nggak tau. Perasaan itu muncul dengan sendirinya."

Jungwon kembali menghadap Wonyoung, wajah Jungwon tampak merah padam dan pelupuk matanya sedikit berair.

"Gua pasti kena karma," ucapnya dengan nada getir. "Seandainya gua nggak pacaran sama May dan gua tetep merjuangin lo, saat ini hati lo pasti masih buat gua."

Nafas Wonyoung tercekat, air matanya mengalir semakin deras. Perasaan bersalah menyelimuti dirinya. Cinta bertepuk sebelah tangan tidak hanya menyakitkan bagi yang merasakannya, tapi juga menyakitkan bagi orang yang menerimanya. Karena perasaan bersalah yang dirasakan bagi si penerima sangat besar, meskipun sudah meminta maaf bekali-kali, namun perasaan bersalah itu tetap tak mau hilang.

"Sekarang, akhirnya gua ngerasain rasa sakit yang pernah lo alamin akibat perbuatan gua," Jungwon tertawa pilu, "ternyata rasanya sakit ya... sakit banget sampai gua pengin hapus semua ingatan yang menyakitkan ini."

"Jungwon...."

"Cukup Wonyoung Lo nggak perlu minta maaf terus," potong Jungwon, dia menghela nafas berat. "Wonyoung, tinggalin gua sendiri! Saat ini gua lagi pengin sendirian, tanpa ada kehadiran siapapun."

Wonyoung tidak bergeming, dia masih duduk di sebelah Jungwon. Jungwon menatapnya dengan sorot mata yang menyiratkan kesedihan yang begitu besar, lalu ia membuang muka.

Friendship and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang