42. Demam

330 52 10
                                    

Selamat Membaca!!!

*

*

*

*

****

"Haruto, pelan-pelan dong! Gua susah ngimbanginya nih," seru Wonyoung yang tengah berusaha mengayuh sepedanya secepat mungkin.

Haruto sudah jauh di depan sana, meninggalkan Wonyoung. Haruto berhenti di sebuah taman. Dia lalu berdiri menunggu Wonyoung.

Wonyoung akhirnya tiba di taman, gadis itu terengah-engah.

"Capek?" tanya Haruto.

"Menurut lo?" kesal Wonyoung.

"Iya."

Wonyoung mendengus kesal.

"Lo tunggu sini, gua beli minuman dulu!" ucap Haruto kemudian ia berjalan menuju minimarket yang letaknya tidak jauh dari taman.

Wonyoung duduk di ayunan taman sambil menunggu Haruto. Dia tersenyum melihat pemandangan taman yang sangat indah. Banyak sekali lebah dan kupu-kupu yang beterbangan di sekitar bunga-bunga.

Wonyoung merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh pipinya. Dia menoleh ke samping, Haruto tengah berdiri di sana dengan dua kaleng minuman di tangan.

"Senyum-senyum sendiri, sinting lo?" tanya Haruto.

"Berisik!" kesal Wonyoung, dia mengambil minuman itu dari Haruto.

Haruto terkekeh, lalu ia duduk di ayunan yang lain, di sebelah Wonyoung.

"Tamannya bagus banget, gua jadi pengin sering-sering dateng ke sini," celutuk Wonyoung.

"Ya udah kalau gitu tiap minggu kita main sepeda aja ke sini."

"Boleh," seru Wonyoung bersemangat.

Senyum Haruto seketika mengembang. Membayangkan setiap minggu dia bermain sepeda dengan Wonyoung, sungguh membuat jantung Haruto bedebar-debar tak karuan. Dia bahagia, sangat bahagia, belum pernah hidupnya penuh warna seperti ini. Ini semua karena Wonyoung. Entah sejak kapan perasaan cinta itu muncul di hati Haruto. Tapi yang pasti Haruto tidak akan membiarkan Wonyoung pergi dari sisinya. Wonyoung adalah cinta pertamanya dan akan menjadi cinta terakhirnya, dia bersumpah.

"Eh kok tiba-tiba mendung?" celutuk Wonyoung panik.

Benar saja, langit memang mendadak mendung. Padahal tadi masih cerah.

"Pulang yuk!" ajak Wonyoung.

"Oke," sahut Haruto, sebenarnya ia agak sedih, padahal baru saja mereka mengobrol, tapi mereka malah harus pulang.

* * * *

"Meong...."

"Meong...."

"Meong...."

Wonyoung menghentikan sepedanya begitu mendengar suara kucing di sebuah bangunan tua yang bagian atapnya sudah roboh.

"Heh, lo kenapa berhenti di sini?" tanya Haruto. Ia tadinya bersepeda di depan Wonyoung, namun karena melihat gadis itu berhenti, ia segera putar balik.

"Tadi gua denger suara kucing di dalam bangunan itu. Keliatannya lagi kesakitan," jelas Wonyoung, menunjuk ke arah bangunan.

"Ya terus kenapa?" tanya Haruto malas.

Friendship and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang