rencana jisung buat nongkrong di makam leo berhasil dilakukan di minggu pagi. hari ini nggak ada acara apapun jadi rencananya bisa dilaksanakan, sekalian kasih mawar oranye ke leo.
"selamat pagi bro, balik lagi gue," sapa jisung. dia naruh buket mawar di atas makam leo, "makasih udah mau kenal dan jadi salah satu orang terdekat gue semasa hidup."
cowok jangkung itu duduk di samping makam leo, mainin bunga yang kemarin dia sebar di sana.
"cuma tiga tahun doang gue ketemu lo sebagai orang... nggak cukup," ucap jisung mulai curhatannya pagi ini. dia ngekeh pelan, "udah hampir enam tahun gue bareng kembaran lo. mungkin kalau lo masih hidup lo bakal lebih protektif ke babi satu itu."
"kehilangan satu orang aja bisa ngubah hidup ya..." lirih jisung. kepalanya dia taruh di atas keramik yang jadi pelindung makam leo, "aleo..."
"by the way, gue mau cerita tentang adik tingkat gue," lanjut jisung. dia ngehela napasnya kasar, "gue udah cerita ke lo sih sebenernya, gue kira udah berhenti dia ternyata balik lagi."
"nggak tau deh mau gimana sama dia, berasa diuber-uber debt collector. tapi salah gue juga sih... jadi pelajaran buat gue biar bisa jaga atensi pertemuan ke orang yang nggak perlu terlalu dalam ada di hidup gue," kata jisung. cowok itu ngangguk-nganggukin kepalanya, "kalau dia minta trial pacaran lagi kayaknya bakal gue accept. nggak akan jadi juga kan, biar dia ngerti sama pengertian yang gue kasih."
"lo bakal ngetawain gue nggak sih kalau sekarang lo masih hidup karena gue naruh rasa ke vana..." gumam jisung. "tapi akhir-akhir ini gue mikir sih, buat apa juga gue pengen macarin tuh anak? gue pikir dulu yaudah gue suka dia tujuannya buat jadiin dia pacar. juga tujuannya sih biar berhubungan lebih dalam, biar nggak hilang," lanjutnya. cowok itu negapin postur duduknya, tangannya mainin batu-batu di atas makam leo sambil berpangku tangan.
"tapi ya nggak bakal ilang juga. kayak dia jantung gue, gue jantung dia. gue bisa mati kalau nggak ada dia walau masih ada oksigen yang bisa gue hirup, dia juga. nggak dalam konteks cinta-cinta blablablah, dalam konteks... hidup? hidup sebagai manusia. gue nggak akan pergi juga sih karena pernah ceroboh sampe bikin keadaan dia kayak gini..." ujar jisung. "masa ya gue tinggal setelah ninggalin luka? jahat banget gue," lanjutnya. dia nutup wajah dengan kedua tangannya, nahan air mata yang mau keluar. di kepalanya kebayang wajah leo.
dulu orang pertama yang dia tuju saat ada beban di pundak itu leo. kembaran chenle itu satu-satunya orang yang bisa bikin jisung nangis tanpa harus dikasih perintah kayak yang chenle lakuin. padahal kalau leo lagi dengarin curhatan jisung cowok itu nggak nunjukin ekspresi apa-apa, nggak ngeluarin kata sama sekali, cuma masang telinga dan natap sang sahabat intens.
"maaf ya udah ceroboh. gue nggak akan berhenti minta maaf ke lo dan ke mama papa," lirih jisung. dia ngusap wajahnya kasar, "gue nggak pernah matiin hape kok sekarang. nggak pernah gue nyalain silent mode-nya. ya walau gampang ngerusak hape sih... nggak papa cuma hape. daripada kehilangan satu orang lagi."
"gue nggak peduli sama siapa dia berakhir, yang penting sekarang dia di tangan gue dan gue harus jaga dia... gue yang janji sendiri kan ke lo buat gantiin posisi lo buat giovana," gumam jisung. "posisi masing-masing nggak terganti memang. gue nyoba multi-tasking aja," lanjutnya.
dia doangkin kepalanya, "mendung... padahal masih pagi."
"astaga kenapa?" kata jisung saat notifikasi dari chenle bunyi terus dari hapenya.
fudan edan💓
|GUMELAR
|HUJAN
|HUJAAAN
|hiiiii
|hujaaanLO DIMN|
|di rumah lah kan minggu
|lagi mam cikin🤤LO JANGAN BERCANDA KAYAK GINI BISA NGGAK SIH|
|kan gue di rumah...
YA KASIH KETERANGAN DI AWAL PESAN LAH|
LO KAYAK GINI LAGI AWAS LO YA||yaudah maaf🙄
orang gila memang.|
gini aja berani, kalo diancem takut juga.||
bangsat memang babi|
|sini ke rumaah
|gue titip kwasong🤠 ke mbak ar tadi
|dih kenapa nggak ada emot pake baret sihiya bentar|
|
"liatin. bisa-bisanya bercanda sama ketakutannya sendiri..." adu jisung sambil masukin hape ke kantong jaketnya lagi.
"keadaan nggak menjadi baik memang, tapi kami berusaha sebisa kami ya le," kata jisung setelahnya. dia ngusap nisan sahabatnya, "gue dateng lagi kalau ada waktu luang. pulang dulu ya le."
"makasih udah mau jadi tempat gue numpahin beban. sampai gue udah kakek-kakek gue tetep bakal curhat sama lo di sini. wish me luck ngadepin sunoo, setan satu itu nguras tenaga banget memang," ujar jisung sebelum berdiri dari duduknya.
"dadah. gue mau makan kwasong kata adik lo," pamit jisung. setelahnya jisung berlalu ringan dari makam sahabatnya. dia ketawa pelan saat angin berhembus ringan mainin rambutnya, "enjoy your heaven."
KAMU SEDANG MEMBACA
fudanshi [jichen / chenji] ●
Fanfictionchenle itu fudanshi dan sering banget masang-masangin jisung sahabatnya sendiri sama teman cowoknya yang lain. padahal nggak tau aja kalau jisung sukanya dipasangin sama chenle. WARN‼️ [ bxb, written in lowercase, local!au, nonbaku, harsh words, hur...