18. midnight

11.8K 1.6K 440
                                    

hampir tengah malam. tadi sampai rumah jisung, mereka berdua langsung makan kemudian mandi. sekarang jisung lagi ngerjain tugas dan chenle yang lagi nyoba buat tidur di paha jisung. tadi hujan turun lagi jadi chenle masih melukin sahabat jangkungnya itu. masih berusaha buat ngejar mimpinya, tiba-tiba suara jisung masuk ke rongga telinga chenle.

"boleh ngerokok?" tanya jisung pelan.

"minggu ini udah berapa?" tanya chenle sembari ngangkat kepalanya natap mata jisung.

"belum," jawab jisung.

"yaudah sana," jawab chenle sekenanya.

jisung memang kadang ngerokok. paling ya cuma satu kotak satu minggu atau bahkan nggak sama sekali. cuma sebagai pengganti kopi kalau dia malas bikin.

"minggir bentar deh," kata jisung sambil nepuk-nepuk dahi chenle. cowok jangkung itu langsung nyingkirin meja yang tadi dia tarik ke samping ranjangnya kemudian jalan ke arah meja belajarnya.

"nggak dingin van?" tanya jisung waktu chenle ngebuka jendela di samping ranjangnya.

"nanti bau rokok kalo nggak dibuka," jawab chenle sambil ngambil gitar jisung. cowok manis itu mulai mainin gitar di pangkuannya sambil nikmati angin malam yang nyapu kulitnya. sudah capek nyoba tidur, mumpung hujannya sudah reda mending ngegalau tanpa sebab. hawanya enak soalnya, adem habis hujan.

"cok," panggil jisung sambil ngelempar cardigan ke chenle.

"kadang gue malu setiap inget akte lahir gue," celetuk chenle sembari makai cardigan yang jisung lempar tadi.

"kenapa?" tanya jisung sambil nyalain rokoknya.

"gue lahir di surabaya tapi ngomong cok aja nggak bisa," jawab chenle.

"lo mah numpang tempat doang."

chenle cuma ngedikin bahu kemudian main gitar lagi.

"pengen es krim... es krim, es krim, es krim... hiks," gumam chenle.

"jalan sana ke indoapril depan," balas jisung.

"males jalan, jauh kali," keluh chenle sambil ngerebahin badannya lagi.

"yaudah, dibilang besok aja kok. dingin juga gini masih ngoceh es krim mulu," omel jisung. yang diomelin cuma ngerucutin bibirnya jengkel.

"mau mi?" tanya chenle tiba-tiba.

"nggak, kalo lo mau bikin nanti gue recokin dikit," jawab jisung enteng dan dapat balasan satu pukulan di lengan dari chenle.

"pengen tapi males," kata chenle. "ayolah anterin es krim..." rengek chenle.

"ck, suit. gue menang gue anterin lo, lo menang udah diem di rumah," kata jisung.

"yes! ayo," seru chenle semangat. cowok manis itu langsung duduk dan siap sama kepalan tangannya. masih masang wajah sumringah, tiba-tiba jisung ngehembusin asap rokoknya tepat di depan wajah chenle.

"bajingan!" umpat chenle sambil noyor kepala jisung kasar.

"hehe, ayo," kekeh jisung.

singkatnya, yang menang jisung. kebiasaan kalau menang baru bahagia, chenle malah merengut padahal dia bakal diantarin jisung buat beli es krim.

"ayo, mau es krim nggak?" ajak jisung.

"loh, oh iya," lirih chenle. "yehee, pake apa?" tanya chenle.

"sepeda."

jawaban jisung bikin chenle lompat dari kasur kemudian ngejar jisung yang sudah keluar kamar lebih dulu.

🏳️‍🌈

fudanshi [jichen / chenji] ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang