48. a discussion

5.7K 653 144
                                    

tw // panic attack , mention of suicide , mention of death

malam tadi chenle tidur di kamar mama, mumpung papa belum bisa pulang. cowok manis itu juga sudah cerita kejadian beberapa hari lalu ke mama yang berakhir perempuan paruh baya itu nahan tangisannya dengan meluk chenle erat-erat.

pagi tadi sekitar jam enam, mama sudah pergi dari kamar sehabis mandi ninggalin chenle yang masih rebahan di kasur. cowok itu kadang ngumpatin tubuhnya yang pegal padahal baru bangun tidur sembari ngerenggangin otot-ototnya. salah satu keadaan yang paling chenle benci ya ini, dapat capek setelah istirahat.

tidurnya nggak terlalu nyenyak semalam. sesekali dia kebangun karena satu dan lain hal. ya nggak cuma malam ini sih, belakangan memang tidurnya nggak nyaman. tempo hari dia dapat mimpi buruk-buruk banget kalau mau jujur-sampai dia kebangun untuk ngelanjutin nangisnya secara nyata, nggak cuma dimimpi. agak konyol memang ngelanjutin nangisnya dari mimpi ke dunia nyata, tapi memang gitu yang dia lakuin kemarin.

baru mau bangkit dari kasur dan jalan ke luar, tiba-tiba pandangannya sedikit gelap. napasnya tiba-tiba jadi berantakan dan lebih berat dari biasanya. serangan panik, lagi. entah yang keberapa di minggu ini yang pasti sudah jadi makanan sehari-hari chenle. beruntung nggak lama kemudian pintu kamar kebuka, nandain ada orang masuk ke ruangan yang sama. tubuhnya didorong pelan sampai dia duduk lagi di pinggir kasur.

"gum?" panggil chenle pelan waktu tubuhnya direngkuh.

"iya gue. gue di sini," balas jisung.

cowok itu memang nginap di rumah chenle. terlalu takut buat ninggalin sahabatnya jadi sejak kejadian lalu dia selalu ada di rumah chenle. takut kecolongan kayak beberapa bulan lalu chenle sampai pingsan karena serangan paniknya.

"tarik napas," interuksi jisung. tangan yang lebih tua dia genggam untuk ngasih rasa nyaman. kepala cowok jangkung itu disandarin di bahu chenle. sesekali ngasih kecupan ringan di rahang atau leher chenle, ngasih tau kalau dia ada di sana.

lumayan lama untuk chenle mulai napas normal lagi. tangannya dia lepas dari genggaman jisung kemudian ngusap air mata yang sedikit keluar. chenle ngehela napasnya kasar sebelum ngalihin perhatian ke sang sahabat.

"gum?" panggil chenle pelan. jari chenle ngetuk-ngetuk kepala cowok di depannya yang sekarang direbahin di pahanya. "gum? tidur?" panggilnya lagi. jisung baru ngedongakin kepalanya saat tangan chenle nepuk pelan bahunya.

"tidur?" tanya chenle sambil nangkup kedua pipi sahabatnya.

"nggak. merem doang," jawab jisung. "udah enak?" tanya cowok itu sambil berdiri dari duduknya.

"udah. lumayan," jawab chenle. tangannya ngerengkuh pinggang jisung dan ngebenamin wajahnya di perut cowok itu. wangi dari kaos yang jisung pakai dia hirup dalam, nyoba nenangin pikirannya yang masih berantakan.

"makan yuk?" ajak jisung. gelengan dari chenle jadi respon untuk ajakan jisung. "kenapa?" tanya jisung.

"pengen masakan lo..." jawab chenle pelan.

"pengen apa?" tanya jisung setelah ketawa pelan karena jawaban yang sahabatnya lontarin.

"terserah," jawab chenle lagi.

fakta yang mungkin agak ngagetin buat orang-orang yang nggak kenal dekat dengan jisung, cowok jangkung itu bisa masak. kata orang wajahnya nampakin kayak orang yang nggak bisa dipercaya buat ngambil alih dapur, padahal masak sudah jadi kegiatannya sejak kecil.

jisung itu lebih dekat sama bunda daripada ayah. dari kecil dia sering nontonin bunda dan mbak is masak makanya dia mutusin buat belajar juga. prinsipnya itu kalau dia bisa masak berarti dia bisa makan apa pun yang dia mau. jisung nggak sampai di tahap yang suka masak, tapi cuma bisa masak. kalau gabut dan malas jajan keluar ya tinggal berantakin kulkas terus nyalain kompor. masak seru kok, nggak bikin sengsara.

fudanshi [jichen / chenji] ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang