32

34 9 0
                                    

Mata Chaeyeon membulat sempurna, mulutnya menganga saat melihat penampakan kamar Mingyu yang sangat berantakan. Jadi, inilah yang dimaksud Mingyu tentang memberinya pekerjaan dirumahnya? Tanpa Mingyu beritahupun ia mengerti apa yang akan ia lakukan.

"Ini pekerjaan yang aku maksud. Bukan yang tidak-tidak seperti yang kau katakan." Ucapnya sarkas.

"Kau pasti memiliki pelayan dirumah sebesar ini? Kenapa tidak meminta pelayan mu saja untuk membereskannya?" Tanya Chaeyeon yang penasaran.

"Mereka sudah tua, aku kasihan jadi aku butuh tenaga yang masih muda seperti mu. Lagipula aku akan membayar mu setelah ini asal kau melakukan pekerjaan dengan baik."

"Kau mengerjai ku?" Tanya Chaeyeon dengan tatapan menyelidik.

Mingyu terkekeh, ia balas menatap Chaeyeon. "Untuk apa aku mengerjai mu? Lakukan saja tugas mu."

Mingyu kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur besarnya. Sementara Chaeyeon menatapnya tak percaya. Mau tidak mau, ia mulai membereskan barang-barang dikamar Mingyu dan Mingyu yang mengawasinya dari atas kasurnya.

Mingyu memperhatikan setiap gerak-gerik Chaeyeon. Entah mengapa terasa menyenangkan saat Chaeyeon berada di sekitarnya. Namun, waktu santainya terganggu saat ponselnya berdering tanda notifikasi pesan.

Dengan malas ia membaca pesan itu dan setelahnya bangkit dari tidurnya untuk menemui sang pengirim pesan. Chaeyeon pun tampak tak perduli dengan kegiatan Mingyu itu.

Mingyu membuka pintu rumahnya dan terkejut saat Rose memeluknya. Rose memeluknya dengan erat. Tubuh yang dulu ingin Mingyu dekap, tubuh yang sangat ingin Mingyu peluk saat Rose sedang bersedih karena Jaehyun kini, tubuh itu berada dalam dekapannya. Rose mendatanginya dan memeluknya.

Mingyu tampak ragu membalas pelukan Rose. Jika dulu ia sangat ingin memeluknya namun, mengapa kini ia tak menginginkan hal itu lagi? Mengapa tak ada rasa senang ketika gadis yang ia sukai memeluknya? Rasanya seperti tak ada getaran yang menggairahkan dalam dirinya, rasanya tak ada lagi debaran yang ia rasakan saat dekat dengan Rose.

"Mingyu, maafkan aku." Ucap Rose yang masih memeluknya.

"Ada apa? Apa Jaehyun menyakiti mu lagi?" Tanya Mingyu melepaskan pelukannya.

Rose menggeleng, ia menatap Mingyu yang juga tengah menatapnya. Rose merangkup wajah Mingyu dan mencium bibir pria itu. Lagi-lagi Mingyu terkejut. Jika dulu ia ingin merasakan bagaimana rasanya mencium bibir ranum milik Rose namun, kini ia tak menginginkannya lagi. Entah mengapa tak ada lagi perasaan bahagia saat dekat dengan Rose. Tak ada lagi degupan jantungnya yang kencang saat berada di sekitar Rose. Mingyu hanya mematung, menunggu Rose untuk melepaskan ciumannya.

"Maafkan aku sudah membuat mu menunggu lama." Ucap Rose setelah melepaskan ciumannya.

Mingyu benar-benar tak mengerti apa yang diucapkan Rose, iapun rasanya sudah tak memiliki urusan apapun dengan Rose karena gadis itu sudah jelas menolaknya.

"Aku akan memberimu kesempatan untuk bersama ku. Maafkan aku yang terlambat menyadari perasaan ku padamu, Mingyu." Lanjutnya dengan kembali memeluk Mingyu.

Mingyu bungkam, entah mengapa rasanya ia tak bisa membuka mulutnya. Sulit mencerna atas apa yang Rose ucapkan. Ia memang sangat ingin Rose memberinya kesempatan namun tidak untuk saat ini. Mungkin, ia tak mengharapkan hal itu lagi.

"Tetaplah bersamaku, Mingyu. Aku menyukai mu." Ucap Rose.

Mingyu sungguh tak menyangka bahwa perasaannya kini terbalas namun, mengapa ia tak merasa senang? Merasa ia tak lagi menginginkan balasan atas perasaannya? Mungkinkah tanpa Mingyu sadari, perasaannya pada Rose telah hilang?

PentagonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang