42

35 8 0
                                    

Sial.

Kata yang menggambarkan situasi Mingyu malam ini. Ia dan ayahnya baru saja kembali setelah makan malam bersama keluarga Lee. Ya, makan malam sekaligus membahas tentang perjodohannya dengan Saerom. Telah di tetapkan waktu pertunangannya dengan Saerom.

Bukan tak menolak, Mingyu telah menolak dengan keras namun, tuan Kim tetap bersikeras memaksa dan bahkan menyeret Mingyu untuk menghadiri makan malam bersama keluarga Lee. Dan berakhirlah Mingyu yang tak dapat menolak langsung pertunangannya di depan tuan Lee. Ia tak senekat Jongin yang dengan berani menolak perjodohannya dengan Mijoo. Mingyu tak cukup berani. Dan Mingyu menyesali ketakutannya itu. Sungguh ia hanya berani menentangnya di depan sang ayah.

"Bagaimana bisa ayah memutuskan hal itu tanpa meminta pendapat ku?" Tanya Mingyu ketika keduanya sampai di ruang tamu rumahnya.

"Untuk apa aku bertanya pendapat mu. Iya atau tidak kau akan tetap bertunangan dengan Saerom. Takdir mu sudah seperti itu." Jawab tuan Kim dengan santainya.

"Ayah benar-benar keterlaluan. Aku tidak ingin pertunangan ini. Aku tidak akan melakukannya." Ucap Mingyu tegas.

"Sudah ku katakan. Jika kau mengacaukannya, kau akan menerima akibatnya. Kau hanya perlu mengikuti perintah ku agar kau hidup dengan nyaman."

"Hidup dengan nyaman? Sepertinya bukan hidup ku, tapi hidup ayah. Ayah tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan ku, bagaimana perasaan kak Jongin. Kau hanya memikirkan diri mu sendiri. Kau tidak pernah bertanya pendapat kami, apa yang kami inginkan. Kau selalu memutuskan sesuatu sendiri padahal itu menyangkut hidup ku dan kak Jongin." Jelas Mingyu dengan penuh amarah.

"Jika aku menuruti keinginan kalian, bukan kah semuanya akan berantakan? Kau dan Jongin sama-sama tertarik kepada gadis rendahan yang tidak sederajat dengan kalian."

"Gadis rendahan? Mereka punya nama, yah. Dan kau tidak berhak mengatakan hal seperti itu. Sampai kapan kau akan membuat hidup anak-anak mu sendiri menderita?"

Tuan Kim menatap Mingyu tajam, ia memilih tak menanggapi ucapan Mingyu. Ia melangkah menuju kamarnya namun, Mingyu kembali bersuara.

"Aku tidak ingin melakukan pertunangan konyol ini!" Seru Mingyu.

Tuan Kim berbalik, mendekat ke arah Mingyu. "Lakukanlah dan terimalah resikonya." Tuan Kim menepuk pipi Mingyu dengan pelan dua kali.

❤❤❤

"Terimakasih, Jaehyun, Eunwoo kalian sudah mengantar ku." Ucap Chaeyeon setelah tiba di depan gedung apartemennya.

"Beristirahatlah." Ucap Eunwoo.

"Selamat malam, Chaeyeon." Ucap Jaehyun.

Chaeyeon tersenyum menatap kedua pria itu bergantian. Kedua pria yang sangat menawan. Pantas saja para gadis di sekolahnya begitu memuja dan menginginkan keduanya. Ia merasa beruntung karena dapat berteman dengan keduanya padahal ia hanya seorang gadis biasa. Mungkinkah dalam kehidupan sebelumnya, ia menyelamatkan negara? Pikir Chaeyeon.

"Pulanglah dengan selamat." Chaeyeon melambaikan tangannya pada Jaehyun dan Eunwoo yang juga di balas keduanya.

Setelah Chaeyeon hilang dari pandangan keduanya, senyum kedua pria tampan itu juga hilang. Jaehyun berbalik hendak melangkah pergi. Namun, Enwoo menghentikan langkahnya.

"Kau benar-benar menyukai Chaeyeon?"

Jaehyun berbalik, menatap Eunwoo. "Apa sikap ku kurang jelas untuk menunjukkan bagaimana perasaan ku padanya?"

PentagonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang