Mingyu menatap langit malam dengan banyaknya bintang-bintang dari balkon kamarnya. Pikirannya melayang entah kemana, memikirkan seseorang yang sangat ia rindukan. Perasaan bersalahnya dan penyesalannya masih sangat menguasai dirinya. Entah sampai kapan ia akan seperti itu, enggan untuk merelakan gadis Jung itu.
Ia mengalihkan pandangannya, menoleh ke kanan seakan disana ada seseorang seperti dulu. Disaat Chaeyeon berdiri di sampingnya. Saat dimana Chaeyeon mengatakan bahwa ia merasa senang ketika melihat bintang. Saat itu, saat dimana ia menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada sosok Jung Chaeyeon. Saat dimana ia sangat ingin menghentikan waktu agar ia dapat dengan lamanya berdua bersamanya.
Tanpa sadar ia tersenyum tipis mengingat saat itu. Ia menghela nafasnya saat menyadari bahwa kini tak ada lagi gadis itu di sampingnya untuk sekedar melihat indahnya langit malam dengan bintang-bintang. Tak ada lagi senyum hangat milik Chaeyeon yang dapat menenangkannya.
Mingyu kembali menatap langit dengan tatapan yang masih berduka, seperti tak ada kekuatan di dalamnya. "Apa kau menjadi bintang bersama ibu ku?"
"Hey, bukankah sudah ku katakan jika aku dan ibu mu tidak akan menjadi bintang jika kau sedih seperti ini."
Dengan cepat Mingyu menoleh ke kanan tempat dimana asal suara milik gadis yang saat ini sedang ia rindukan. Ia tau betul, suara itu adalah suara Chaeyeon. Matanya membulat sempurna saat melihat sosok Chaeyeon berdiri di sampingnya, menatap langit malam. Sosok tembus pandang namun masih dapat dilihat dengan jelas oleh Mingyu.
"Cha-Chaeyeon?" Ucap Mingyu terbata, tak percaya jika malam ini ia akan melihat gadis yang ia cintai.
Sosok itu menoleh, tersenyum hangat dengan cantiknya seperti biasanya. Selalu tampak cantik. "Mau sampai kapan kau seperti ini?" Tanyanya lirih.
Jantung Mingyu seakan berhenti berdetak melihat sosok itu. Sosok Chaeyeon yang seperti biasanya dengan gaun milik mendiang ibunya, gaun yang Chaeyeon pakai sebelum meninggal. Mingyu seakan tak dapat berpikir hal seperti itu akan terjadi padanya. Orang yang telah tiada kini muncul di hadapannya.
"Jung Chaeyeon?" Lagi-lagi Mingyu hanya dapat mengucapkan nama Chaeyeon.
Chaeyeon lagi-lagi tersenyum, ia mengangguk sebagai jawaban. "Iya, ini aku. Jung Chaeyeon."
Mendengar hal itu, air mata Mingyu sukses terjun dengan bebas membasahi pipinya. Ia menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena menangis. Ia tak perduli apa yang Chaeyeon pikirkan nantinya. Ia benar-benar tak perduli terlihat lemah di hadapan Chaeyeon.
Chaeyeon menatap Mingyu nanar, tak menyangka bahwa Mingyu bisa serapuh itu karenanya. Tangannya terangkat untuk menyeka air mata Mingyu. Walau ia tak yakin karena ia adalah sosok tembus pandang yang mungkin akan menembus tubuh Mingyu yang masih seorang manusia normal. Dengan perlahan ia menyentuh pipi Mingyu dan ia berhasil menyentuh pipi Mingyu.
Mingyu mengangkat kepalanya, menatap Chaeyeon. Ia terkejut karena Chaeyeon dapat menyentuhnya. Begitupun dengan Chaeyeon yang kini mulai menyeka air mata Mingyu.
"Jangan menangis. Aku tidak bisa terus menghapus air mata mu dan menghibur mu."
"Chaeyeon, tetaplah disisi ku." Mingyu mencoba menyentuh tangan Chaeyeon yang masih berada di pipinya.
"Tidak bisa, Mingyu. Kita berada di dunia yang berbeda."
Air mata Mingyu kembali membasahi pipinya, sangat sulit menerima kenyataan bahwa Chaeyeon tak berada di dunia yang sama dengannya.
"Aku mohon jangan seperti ini. Kau harus hidup dengan baik dan bahagia."
"Bagaimana aku bisa bahagia jika kau adalah kebahagiaan ku?" Tanya Mingyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pentagon
FanfictionJung Chaeyeon hanya ingin masa sekolahnya berjalan dengan tenang tanpa masalah apapun. Namun, kehidupan sekolahnya yang awalnya berjalan lancar berubah menjadi sebuah masalah saat ia tak sengaja menabrak punggung lebar seorang pria yang bernama Kim...